Jumat 26 Jun 2020 09:54 WIB

Penjualan Seragam Sekolah di Pasar Raya Solok Masih Sepi

Jelang tahun ajaran baru penjualan seragam sekolah di Pasar Raya Solok masih sepi

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Jelang tahun ajaran baru penjualan seragam sekolah di Pasar Raya Solok masih sepi. Ilustrasi.
Foto: Ardiansyah/Antara
Jelang tahun ajaran baru penjualan seragam sekolah di Pasar Raya Solok masih sepi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK - Usaha penjualan seragam sekolah di Pasar Raya Solok, Sumatera Barat masih sepi pengunjung menjelang tahun ajaran baru Juli 2020. Sepinya pembeli ini sebagai dampak pandemi Covid-19.

"Biasanya menjelang memasuki tahun ajaran baru seperti saat ini sudah ramai pembeli. Tapi saat ini, baru satu-satu pembeli yang belanja seragam sekolah. Mungkin karena jadwal mulai sekolah yang belum pasti," kata pemilik Toko Restu yang menjual perlengkapan seragam sekolah Mailin (24), di Pasar Raya Solok, Kamis.

Baca Juga

Menurutnya, tahun lalu pembeli sangat ramai sehingga pihaknya menambah karyawan sampai lima orang. Ketika ramai-ramainya bisa mencapai omzet Rp 15 juta sampai Rp 20 juta sehari.

"Sekarang omzet per hari bisa nihil. Apalagi adanya pandemi Covid-19 ini sangat menurunkan jual beli. Sebelumnya sekitar tiga bulan lebih tidak ada jual beli sama sekali dan toko ditutup," ujarnya.

Menurut Mailin pada tahun ajaran baru biasanya yang banyak dibeli adalah seragam untuk siswa SD, SMP, dan SMA. Ia menyebutkan penjualan seragam siswa SD satu stelnya seharga Rp 130 ribu sedangkan seragam pramuka Rp 170 ribu. Sedangkan seragam SMP dan SMA mulai Rp 170 ribu sampai Rp 240 ribu tergantung kualitas bahan.

Dengan kondisi saat ini, tokonya yang berada di dalam blok Pasar Raya Solok hanya didatangi beberapa orang. Itu pun baru menanyakan harga seragam, belum melakukan pembelian. Ia berharap pandemi corona segera berakhir sehingga usahanya kembali lancar seperti biasanya.

Salah satu orang tua siswa, Devi Syamputra (45), menyatakan dirinya kesulitan untuk membeli seragam baru anaknya karena perekonomian belum berjalan lancar seperti biasanya. "Apalagi usaha berdagang saat ini sedang terpuruk. Meskipun sudah era normal baru, namun daya beli masyarakat masih turun apalagi waktu pemberlakuan PSBB lalu benar-benar minim," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement