Kamis 25 Jun 2020 14:46 WIB

Legislator: Pemerintah Jangan Beri 'Karpet Merah' TKA

Dikabarkan sebanyak 156 TKA asal China tiba di Bandara Haluoleo Kendari, pada Selasa

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Mahasiswa memaksa turun dari kendaraan dua orang Tenaga Kerja Asing asal China di pintu Bandara Udara Haluoleo di jalan Wolter Mongonsidi Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Selasa (23/6/2020). Ratusan mahasiswa yang tergabung dar beberapa elemen tersebut menolak kedatangan 500 orang Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China yang dipekerjakan di salah satu perusahaan pertambangan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. ANTARA FOTO/Jojon/hp.
Foto: Antara/Jojon
Mahasiswa memaksa turun dari kendaraan dua orang Tenaga Kerja Asing asal China di pintu Bandara Udara Haluoleo di jalan Wolter Mongonsidi Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Selasa (23/6/2020). Ratusan mahasiswa yang tergabung dar beberapa elemen tersebut menolak kedatangan 500 orang Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China yang dipekerjakan di salah satu perusahaan pertambangan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. ANTARA FOTO/Jojon/hp.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani ikut mengomentari terkait penolakan masyarakat terhadap kedatangan Tenaga Kerja Asing asal China (TKA) di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Selasa (24/6). Netty menilai, di tengah kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, pemerintah sebaiknya tidak memberikan 'karpet merah' untuk TKA

"Jika pemerintah punya nurani, seharusnya mereka (masyarakat terdampak Covid-19) bisa terserap di proyek tersebut. Jangan malah memberikan karpet merah buat TKA," kata Netty melalui pesan Whatsapp kepada Republika, Rabu (24/6).

Dirinya mengaku, tidak heran jika masyarakat melakukan penghadangan kedatangan TKA asal China tersebut. Dia meminta, agar pemerintah harus segera mencari jalan keluar jika tidak ingin yang lebih besar terjadi.

"Di masa pandemi covid-19 ini seharusnya menjadi sarana pemerintah memperbaiki keadaan perekonomian Indonesia," ujarnya.

Apalagi, imbuhnya, Indonesia masih terus mengalami kenaikan kasus covid-19, bahkan termasuk dalam kasus tertinggi di Asia Tenggara. Jangan sampai kondisi ini diperparah dengan kedatangan TKA dari negara yang masih mengalami gelombang kedua covid-19.

"Harus ada pencegahan dan pemeriksaan yang komprehensif untuk tamu yang datang dari luar dan juga pemerintah mempertimbangkan masuknya penerbangan dari negara episentrum covid-19," ungkapnya.

Sebelumnya dikabarkan bahwa sebanyak 156 TKA asal China tiba di Bandara Haluoleo Kendari, pada Selasa (23/6). 156 TKA itu merupakan gelombang pertama dari 500 TKA yang akan datang di Sultra. 

Masyarakat yang terdiri mahasiswa dan anggota DPRD pun menggelar aksi unjuk rasa menolak kedatangan 500 orang TKA tersebut di Provinsi Sulawesi Tenggara untuk bekerja di PT VDNI dan PT OSS Morosi, Kabupaten Konawe. Aksi berlanjut hingga Selasa malam. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement