Kamis 25 Jun 2020 14:37 WIB

Kampus Manfaatkan Simulator untuk Belajar Kelistrikan

egiatan ini mengulas pentingnya simulator dalam pelatihan pengoperasian pembangkit.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Webinar Internasional Penggunaan Simulator Dalam Pelatihan Pengoperasian Pembangkit Listrik yang digelar Pusat Pengembangan SDM Kementrian ESDM, Rabu (24/6).
Foto: istimewa
Webinar Internasional Penggunaan Simulator Dalam Pelatihan Pengoperasian Pembangkit Listrik yang digelar Pusat Pengembangan SDM Kementrian ESDM, Rabu (24/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah perguruan tinggi di Indonesia sudah mulai menggunakan simulator dalam proses pembelajaran di bidang kelistrikan dan pembangkit tenaga listrik. Kegiatan ini mengulas pentingnya simulator dalam pelatihan pengoperasian pembangkit.

Hal tersebut terungkap dalam Webinar Internasional Penggunaan Simulator Dalam Pelatihan Pengoperasian Pembangkit Listrik yang digelar Pusat Pengembangan SDM Kementrian ESDM, Rabu (24/6). Sejumlah pembicara hadir dalam acara tersebut, di antaranya Kepala Pusat Pengembangan SDM Kelistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) Kementrian ESDM Laode Sulaeman, Mr Victor dari Sumgebics Amerika Serikat, Direktur Utama Aviation Training Center (DATC) yang juga perwakilan Simgenic Indonesia Ikhsan Amin, serta Nugroho Budi dari Simgenic Indonesia. 

Webinar diikuti sekitar 1.500 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari perguruan tinggi baik mahasiswa dan dosen, praktisi yang bekerja di pembangkit listrik, juga pengusaha di bidang pembangkit listrik.

Menurut Kepala Pusat Pengembangan SDM Kelistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) Kementrian ESDM Laode Sulaeman, penggunaan simulator dalam proses pembelajaran termasuk juga dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) akan sangat membantu agar proses pembelajaran tak sebatas teori.

Kata dia, ada dua hal kenapa simulator menjadi penting. Pertama, simulator akan memudahkan karena mirip dengan skala yang sebenarnya. 

"Di tempat diklat kami sebetulnya ada pembangkit listrik tapi skala kecil, jauh dari kapasitas komersil. Ketika mengoperasikan pembangkit komersil tidak akan bisa. Tapi dengan simulator OTS (operator training simulator) akan lebih mudah karena mirip dengan yang dilapangan," ujar Laode.

Kedua, kata dia, dalam pelatihan dan pengoperasian skala besar tidak mungkin berhadapan dengan situasi atau kasus seperti high speed, temperatur tinggi, atau tekanan tinggi. "Tidak mungkin kita berhadapan langsung untuk pelatihan karena tidak mudah, berbeda ketika kita menggunakan simulator, situasai itu bisa kita modelkan. Inilah pentingnya simulator," katanya.

Menurut Mr Victor dari Sumgebics Amerika Serikat, saat ini di Amerika Serikat sudah lebih dari 200 simulator pembangkit listrik digunakan di antaranya dipakai di kampus-kampus. Pengaplikasiannya terbilang sukses karena menjadi model yang bagus dan sangat mendekati kondisi sebenarnya.

"Di Amerika sudah cukup lama dipakai, saya harap di Indonesia juga bisa sukses digunakan," katanya.

Direktur Utama Aviation Training Center (DATC) yang juga perwakilan Simgenic Indonesia Ikhsan Amin mengatakan, dalam situasi pendami Covid ditambah keputusan Mendikbud terkait pembelajaran daring di kampus, simulator menjadi media pembelajaran yang sangat baik. Karena bisa melakukan berbagai skenario termasuk kondisi kritis ketika terjadi sesuatu di pembangkit listrik.

"Misalnya terjadi ledakan di sebuah pembangkit, dengan simulator bisa dicari masalah dan solusinya. Ini akan membuat kualitas pendidikan kita semakin baik," katanya.

Saat ini, kata dia, sejumlah perguruan tinggi di Indonesia sudah bekerja sama dan mulai menggunakan simulator OTS dalam perkuliahan. "Selain itu juga untuk sertifikasi profesi. Ini akan mampu meningkatkan kualitas sertifikasi kompetensi," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement