Kamis 25 Jun 2020 13:35 WIB

IMF: Kerugian Ekonomi Akibat Covid-19 Capai 12 T Dolar AS

95 persen negara diproyeksikan hadapi pertumbuhan pendapatan per kapita negatif.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Kendaraan melaju di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (11/6). Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksikan, kerugian perekonomian global akibat pandemi Covid-19 mencapai 12 triliun dolar AS. Angka tersebut merupakan akumulasi selama dua tahun, yaitu periode 2020 dan 2021.
Foto: ANTARA/NOVA WAHYUDI
Kendaraan melaju di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (11/6). Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksikan, kerugian perekonomian global akibat pandemi Covid-19 mencapai 12 triliun dolar AS. Angka tersebut merupakan akumulasi selama dua tahun, yaitu periode 2020 dan 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksikan, kerugian perekonomian global akibat pandemi Covid-19 mencapai 12 triliun dolar AS. Angka tersebut merupakan akumulasi selama dua tahun, yaitu periode 2020 dan 2021.

Dalam proyeksi terbarunya, IMF memperkirakan kontraksi ekonomi global yang semakin dalam. Pertumbuhan PDB tingkat dunia diperkirakan mengalami penyusutan sampai 4,9 persen pada 2020 atau 1,9 poin persentase lebih rendah dibandingkan prediksi IMF pada April.

Baca Juga

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyebutkan, pada saat bersamaan, kebijakan moneter dan fiskal yang kuat dan efektif banyak negara telah membantu mencegah gelombang kebangkrutan dan pengangguran secara masif.

Secara global, kebijakan fiskal kini sudah setara dengan 10,7 triliun dolar AS, sementara kebijakan moneter mencapai lebih dari 6 triliun dolar AS. "Respons krisis ini tidak ada duanya seperti krisis lain," tutur Georgieva dalam pernyataan resminya yang dirilis di situs IMF, Rabu (24/6).

Georgieva menekankan, ini benar-benar menjadi krisis global. Hampir 95 persen negara diproyeksikan menghadapi pertumbuhan pendapatan per kapita negatif pada 2020. Negara dan ekonomi berkembang, tidak termasuk Cina, diproyeksikan akan memberikan dampak lebih besar terhadap pertumbuhan PDB dibandingkan negara maju pada 2020-2021.

Situasi tersebut berpotensi menyebabkan perlambatan atau bahkan menghentikan proses pengurangan kemiskinan yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Ini juga memperlambat konvergensi antara pasar negara berkembang dengan ekonomi maju.

Georgieva menjelaskan, ada beberapa tanda pemulihan, namun hanya bersifat parsial dan tidak lintas sektor, negara maupun kawasan. Sementara 75 persen dunia kini sudah mulai dibuka, permasalahan belum selesai.

"Pembuat kebijakan harus tetap waspada, bekerja menuju pemulihan di tengah pandemi bersama kami," ujarnya.

Georgieva menambahkan, IMF akan bertindak cepat untuk mendukung negara anggota dalam menghadapi krisis. IMF berkomitmen menyediakan pinjaman dengan kapasitas 1 triliun dolar AS untuk negara anggota.

Sampai saat ini, IMF telah menyetujui permintaan 70 negara untuk pembiayaan darurat dengan total 25 miliar dolar AS. Ini termasuk sekitar 5,5 miliar dolar AS dari total pembiayaan untuk negara di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement