Kamis 25 Jun 2020 09:10 WIB

Hagia Sophia akan Jadi Masjid, Pendeta Turki Ini Terguncang

Presiden Erdogan ingin mengubah Hagia Sophia menjadi tempat ibadah Muslim.

Rep: Washington Post/Ekathimerini.com/ Red: Elba Damhuri
Pembacaan Surat Al-Fath di Hagia Sophia Turki
Foto: Anadolu Agency
Pembacaan Surat Al-Fath di Hagia Sophia Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Rencana Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah Museum Hagia Sophia menjadi masjid terus menimbulkan kontroversi. Kali ini pendeta Kristen Ortodoks yang berbasis di Istanbul, Turki, menyatakan keterkejutan dan keguncangannya.

Patriarki Ekumenikal Vartholomaios menyatakan kesedihan atas rencana Turki mengubah bekas katedral Kristen Ortodoks abad ke-6 ini menjadi sebuah masjid, tempat ibadah Muslim. Patriaki ini berbasis di Istanbul.

Ia menyatakan keguncangannya ini dalam komentar buat kepada kolumnis Turki Asli Aydintasbas untuk Washington Post, Rabu (24 Juni). "Apa yang bisa saya katakan sebagai pendeta Kristen dan bapa bangsa Yunani di Istanbul? Alih-alih menyatukan, warisan berusia 1.500 tahun itu malah memisahkan kita. Saya sedih dan terguncang," kata Vatholomaios. Vatholomaios adalah pemimpin spiritual dari 300 juta orang Kristen Ortodoks di seluruh dunia.

Sebagai situs warisan dunia UNESCO, Hagia Sophia diubah menjadi masjid oleh Turki Utsmaniyah setelah jatuhnya Konstantinopel (Istanbul modern) pada tahun 1453. Kemudian, Hagia Sophia berubah menjadi museum pada 1935 di bawah pendiri sekuler modern Turki, Kemal Ataturk. Kini pemimpin Islam Turki, Erdogan, ingin mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai masjid. 

Pengadilan Turki akan memutuskan apakah keinginan Erdogan dan mayoritas warga Tukri terwujud pada 2 Juli mendatang. Erdogan sejak awal menegaskan, masalah Hagia Sophia adalah masalah dalam negeri Turki, kedaulatan Turki.

Turki juga tidak pernah melawan keputusan-keputusan negara-negara Eropa lain yang mengubah masjid menjadi gereja atau menutup masjid.

BACA JUGA: Tak Cuma Palestina, Israel Juga Ingin Rebut Suriah Hingga Arab Saudi

 

sumber : Washington Post/Ekathimerini.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement