Rabu 24 Jun 2020 12:23 WIB

Kisah Perjalanan Imam Syafii Menuntut Ilmu (2-Habis)

Imam Syafii kembali lagi ke Baghdad untuk menyebarkan mazhabnya.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Perjalanan Imam Syafii Menuntut Ilmu (2-Habis)
Foto: Mgrol120
Kisah Perjalanan Imam Syafii Menuntut Ilmu (2-Habis)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 184 H, Imam Syafi'i berangkat ke Iraq untuk diadili oleh Khalifah Harun al-Rasyid atas tuduhan pemberontakan terhadap Khilafah Abbasiyah. Namun akhirnya beliau dibebaskan atas rekomendasi Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani seorang murid terbaik Imam Abu Hanifah yang pada saat itu menempati posisi Qadhi pada pemerintahan Abbasiyah.

Ustadz Teuku Khairul Fazli dalam buku Ushul Fiqih Mazhab Syafi'i yang diterbitkan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan, setelah beliau dibebaskan dari tuduhan tersebut, beliau berguru kepada Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani tentang fikih Hanafi atau mazhab Ahlul Ra'yi sampai beliau wafat.

Baca Juga

Setelah wafatnya Muhammad bin Hasan pada 189 H, Imam Syafi'I meninggalkan kota Baghdad menuju kota Makkah. Di Makkah beliau mengisi kajian fikih dan memberikan fatwa di Masjidil Haram. Pada saat itulah beliau mulai merintis mazhabnya sendiri yang berbeda dengan kedua gurunya, yaitu Imam Malik dan Muhammad bin Hasan.

Pada 195 H, Imam Syafi'i meninggalkan kota Makkah menuju ke Baghdad untuk yang kedua kalinya setelah menetap di Makkah selama enam tahun. Tujuan beliau kembali lagi ke Baghdad untuk mengembangkan dan menyebarluaskan mazhabnya.

Selama berada di Baghdad, beliau berhasil menulis kitab dalam bidang Usul Fikih yang berjudul Al-Risalah dan dalam bidang fikih yang berjudul Al-Hujjah atau yang lebih dikenal dengan mazhab Qadim. Murib-murid beliau di Baghdad adalah Imam Ahmad bin Hambal, Abu Tsaur al-Kalbi, Abu Ali al-Karabisi, dan Hasan al-za'farani.

Pada 199 H, Imam Syafi'i berangkat menuju Mesir untuk menyebarluaskan mazhabnya. Di antara murib beliau selama berada di Mesir adalah Abu Yaqub al-Buwaithi, Ismail al-Muzani, dan Rabi' al-Muradi.

Ketika berada di Mesir, Imam Syafi'i banyak merevisi fatwanya dengan fatwa yang baru atau yang lebih dikenal dengan Mazhab Jadid yang dicantumkan dalam kitab beliau yang berjudul al-Umm. Beliau menghabiskan masa hidupnya di Mesir hingga beliau wafat pada 204 H.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement