Rabu 24 Jun 2020 00:25 WIB

Mahasiswa Ini Kembangkan Buah Arbei, Cegah Penuaan Dini

Kandungan dalam buah arbei memiliki manfaat antiaging bagi manusia.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Agus Yulianto
Mahasiswa Program Studi Doktor Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI), Yesi Desmiaty meneliti dua tanaman rubus, yaitu Rubus fraxinifolius dan R. rosifolius yang bermanfaat sebagai antioksidan dan pencegahan penuaan dini, sehingga dapat digunakan dalam pengembangan sediaan kosmetik.
Foto: istimewa
Mahasiswa Program Studi Doktor Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI), Yesi Desmiaty meneliti dua tanaman rubus, yaitu Rubus fraxinifolius dan R. rosifolius yang bermanfaat sebagai antioksidan dan pencegahan penuaan dini, sehingga dapat digunakan dalam pengembangan sediaan kosmetik.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Mahasiswa Program Studi Doktor Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI), Yesi Desmiaty meneliti dua tanaman rubus, yaitu Rubus fraxinifolius dan Rubus rosifolius. Kedua tanaman ini bermanfaat sebagai antioksidan dan pencegahan penuaan dini, sehingga dapat digunakan dalam pengembangan sediaan kosmetik. 

Hasil penelitian ini diajukan sebagai disertasi untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Doktor Ilmu Farmasi FFUI. Yesi dinyatakan lulus sidang  setelah pengujian secara daring pada Jumat (22/5) lalu.

"Kedua tanaman tersebut banyak ditemukan di daerah pegunungan Indonesia dan umum dimakan (edible) sebagai buah-buahan dengan rasa manis agak masam, dan bentuknya mirip dengan buah berry merah," ujar Yesi di Kampus UI Depok, Selasa (22/6).

photo
Mahasiswa Program Studi Doktor Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI), Yesi Desmiaty. (Dok. Humas UI Depok)

Yesi mengutarakan, buah R. fraxinifolius dan buah R. rosifolius banyak ditemukan di Jawa Barat  (Jabar) yang dikenal dengan nama arbei, beberetean, arben hutan, atau harmos.

"Kedua buah ini banyak dijual di daerah wisata pegunungan seperti daerah Cibodas dan Tangkuban Perahu. Beberapa rubus dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antielastase, antitirosinase, antikolagenase, anti-UV, dan antiaging (antipenuaan) yang kuat serta memiliki kandungan fitokimia utama, yaitu senyawa terpenoid, polifenol, dan flavonoid," jelasnya.

Yesi melakukan penelitian terhadap batang, buah, dan daun, dari kedua tanaman tersebut, yang menunjukkan hasil bahwa ekstrak metanol daun R. fraxinifolius memiliki aktivitas antielastase dan antioksidan tertinggi.

Berkat penelitian yang berjudul “Telaah Aktivitas Antiaging Secara in vitro Pada Ekstrak dan Isolat Teridentifikasi dari Rubus fraxinifolius dan Rubus rosifolius” ini diperoleh senyawa dengan struktur baru serta isolat yang memiliki aktivitas antiaging dan dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kosmetik dari bahan alam. 

Riset yang dilakukan Yesi menjadi salah satu prospek pengembangan penemuan baru bahan alam antiaging kulit serta upaya pencarian senyawa aktif baru yang berkhasiat sebagai penghambat elastase, tirosinase dan peredam radikal bebas. 

"Sebelumnya, tidak ada informasi mengenai aktivitas antiaging tanaman R. fraxinifolius dan R. rosifolius, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah baru tentang pemanfaatan kedua tanaman," ungkap Yesi yang dalam disertasinya, meneliti kemampuan tanaman ini sebagai tanaman yang ekstraknya mempunyai manfaat antiaging. 

Menurut Yesi, perkembangan pasar sediaan kosmetik terutama produk antiskin aging yang berasal dari alam menunjukkan tren yang meningkat. "Maka, dalam penelitian ini, saya ingin menelaah aktivitas antiaging secara in vitro serta mendapatkan senyawa aktif dari tanaman yang tersedia banyak di Indonesia, yaitu R. fraxinifolius dan R. rosifolius," ujarnya.

Riset ini mengekstraksi batang, buah, dan daun kedua tanaman tersebut menggunakan alat Soxhlet untuk menguji apakah benar bahwa kandungan dalam buah tersebut memiliki manfaat antiaging bagi manusia. 

"Hasil ekstraksi bertingkat pada riset yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun R. fraxinifolius memiliki aktivitas antielastase dan antioksidan tertinggi dengan masing-masing IC50 57,45 dan 4,33 µg/ml," papar Yesi.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar dan acuan untuk penelitian selanjutnya, serta dapat dikembangkan menjadi sediaan kosmetik bahan alam yang bermanfaat bagi masyarakat luas. "Diharapkan juga dapat mendukung kemandirian bangsa dan negara dalam pemanfaatan salah satu sumber daya alamnya," ujar Yesi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement