Selasa 23 Jun 2020 16:34 WIB

Sejarah Munculnya Hadits Palsu (2-Habis)

Kasus hadits palsu muncul pada 41 H.

Sejarah Munculnya Hadits Palsu. Foto: Hadist (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Sejarah Munculnya Hadits Palsu. Foto: Hadist (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Almarhum Prof KH Mustafa Ali Yaqub, yang pernah menjadi guru besar ilmu hadits Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta dan imam besar Masjid Istiqlal, dalam sebuah wawancara dengan Republika, mengungkapkan, berdasarkan sejarah ilmu hadits, hadits palsu baru muncul pada dekade keempat dari tahun Hijriyah—sekitar 40-an H—setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan.

Usman terbunuh pada 35 H dan dimakamkan pada 36 H. Jadi, pada akhir 35 H ia wafat dan dimakamkan di hari berikutnya, awal tahun 36 H. Sejak itulah, timbul kelompok-kelompok politik. Bahkan, DR Subulus Shaleh membuat angka yang pasti, pemalsuan hadits terjadi mulai 41 H.

Baca Juga

Menurutnya, orang pertama atau kelompok pertama yang membuat hadits palsu berasal dari kelompok-kelompok politik. Guna mendukung pendapatnya, para politikus di era kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib berupaya mencari ayat-ayat Alquran. Para politikus itu berupaya membentengi pendapat-pendapatnya dengan ayat-ayat Alquran. Namun jika tak ditemukan, mereka mencari hadits Nabi.

Karena tidak ada hadits Nabi SAW untuk mendukung pendapat mereka, lalu mereka membuat hadits palsu, ujar pimpinan Ponpes Darus-Sunnah itu. Bahkan, Imam Muhammad Ibnu Sirrin (33-110 H) sempat menuturkan, pada mulanya umat Islam apabila mendengar sabda Nabi SAW berdiri bulu romanya.

Namun setelah terjadinya fitnah (terbunuhnya Usman bin Affan), apabila mendengar hadits, mereka selalu bertanya, dari manakah hadits itu diperoleh? Apabila diperoleh dari orang-orang Ahlu Sunnah, hadits itu diterima sebagai dalil dalam agama Islam. Dan apabila diterima dari orang-orang penyebar bid’ah, hadits itu ditolak.

Ia mencontohkan, ada kelompok politik yang mengultuskan Khalifah Ali bin Abi Thalib lalu membuat hadits palsu. Fanatisme buta kelompok itu terhadap Ali, membuat mereka membuat hadits palsu. Aliyyun khairul basyar, faman ankara faqad kafara. (Ali adalah sebaik-baiknya manusia, barang siapa yang tidak percaya, dia telah kafir). Nah, ini jelas sekali yang membuat (hadits—Red) adalah orang yang fanatik dan mengultuskan Ali, papar Kiai Ali Yaqub.

Seiring bergulirnya waktu, pemalsuan hadits juga muncul di kalangan kelompok tasawuf atau kaum sufi. Bahkan, kata Kiai Ali Yaqub, pemalsuan hadits di kalangan ini begitu dominan. Menurutnya, ada beberapa alasan yang mendorong kelompok tasawuf pada zaman itu membuat hadits palsu.

Pertama, dari sisi tujuan. Mereka menganggap, ketika umat sudah bobrok akhlaknya, perlu ada dorongan untuk beramal saleh. Untuk merangsang beramal saleh, mereka membuat hadits-hadits palsu. Kedua, dari segi metode. Metode penetapan hadits orang sufi tidak sama seperti ahli hadits secara umum. Mereka tidak terikat dengan persyaratan hadits. Misalnya, harus sanadnya terdiri atas orang-orang yang kredibel. Mereka tidak menggunakan seperti itu. Mereka menggunakan dua metode.

Metode pertama, kata dia, disebut sebagai metode al-Kasyf, yakni suatu pengetahuan yang diperoleh tanpa pembelajaran, seperti ilham. Dengan menggunakan metode al-Kasyf, sebuah hadits bisa dianggap sahih, meskipun para ahli hadits menyatakan tidak sahih. Karenanya, jumlah hadits palsu di kalangan kaum sufi banyak sekali.

Kedua, lanjut Kiai Ali Yaqub, mereka menganggap Nabi masih sering datang ke dunia sehingga banyak menemui orang-orang tertentu. Akhirnya, lanjut dia, banyak hadits muncul setelah Nabi SAW wafat.  Hadits-hadits palsu semakin berkembang pesat di era kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, khalifah Dinasti Umayyah.

Guna membendung dan menghentikan peredaran hadits palsu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz lalu memerintahkan para ahli melakukan pengumpulan, penulisan, dan pembukuan hadits. Namun, hingga kini masih banyak hadits-hadits palsu yang beredar dan menjadi pegangan sebagian umat. Meski jumlahnya sudah tak terlalu banyak lagi, keberadaan hadits-hadits palsu berpotensi untuk membuat umat tergelincir dalam kesesatan.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement