Senin 22 Jun 2020 23:40 WIB

Sejumlah Penerima PKH di Palu Mundur karena Merasa Mampu

Mereka berharap jatah mereka dialihkan ke masyarakat yang sangat membutuhkan.

Petugas menyerahkan bantuan non-tunai berupa kartu keluarga sejahtera (KKS) (ilustrasi). Sejumlah penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Palu memilih mundur karena merasa sudah bisa mandiri.
Foto: ANTARA/ASPRILLA DWI ADHA
Petugas menyerahkan bantuan non-tunai berupa kartu keluarga sejahtera (KKS) (ilustrasi). Sejumlah penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Palu memilih mundur karena merasa sudah bisa mandiri.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Sejumlah penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Palu memilih mundur karena merasa sudah bisa mandiri. Mereka berharap jatah mereka dialihkan ke masyarakat yang sangat membutuhkan.

"Terakhir saya terima PKH itu sebelum corona (Covid-19), dan sampai sekarang tidak ada lagi dan saya minta mundur dari daftar penerima manfaat," kata Siti Aisyah, seorang ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sirandi Palu, Senin (22/6).

Baca Juga

Sekali menerima dana PKH, kata Aisyah, mencapai Rp1 juta bahkan lebih. Dana yang diterima pertiga bulan itu dimanfaatkan untuk kepentingan sekolah anak-anaknya.

"Dengan PKH itu saya merasa tertolong sekali, manfaatnya sangat besar terutama saat anak-anak saya membutuhkan biaya sekolah," katanya.

Aisyah masuk dalam daftar PKH sejak 2012 setelah dirinya menjanda, namun setelah menikah dirinya merasa sudah terbantu dan bisa membiayai kebutuhan hari-hari dan sekolah anak-anaknya. Aisya memiliki tiga orang anak, anak tertuanya sekolah SMP, anak kedua duduk di bangku SD, dan seorang masih balita.

"Saya minta mundur tidak terima lagi dana PKH, tetapi kalau bisa bantu saja dengan beras karena masa pandemi ini ekonomi sedang sulit," katanya.

Dirinya berharap pengunduran dirinya dari penerima manfaat PKH tersebut dapat diberikan ke warga lainnya yang betul-betul susah secara ekonomi. "Karena saya liat ada juga sebagian yang mampu, tapi tetap terima PKH," katanya.

Penerima manfaat PKH lainnya yakni Citra Dewi (34) seorang ibu rumah tangga korban gempa dan likuefaksi Balaroa juga mundur dari penerima PKH. Dirinya mengaku memilih mundur dari daftar penerima PKH 2020 karena merasa sudah mampu, walaupun masih menumpang dengan orang tua.

"Setelah saya diskusi dengan suami, kami akhirnya memutuskan mundur dari program PKH karena mungkin masih ada yang lain lebih berhak menerima," katanya.

Warga Kelurahan Balaroa Palu Barat ini mengatakan meski suaminya hanya bekerja sebagai pembantu operator di kantor kelurahan tetapi merasa sudah cukup dengan gaji yang ada untuk menyekolahkan anaknya. "Saya dan suami berpikir masih banyak korban gempa dan likuefaksi lain yang mungkin belum terima," katanya.

Seorang tim pendamping PKH, Putra, mengakui sudah ada beberapa penerima manfaat yang mundur. Ia mencontohkan Siti Aisya dan Citra Dewi, seorang warga korban bencana likuefaksi Balaroa.

"Akhirnya ibu itu mundur dari keanggotaan PKH, padahal ibu itu memang layak dan masuk dalam daftar penerima manfaat," katanya.

Putra mengatakan saat ini dirinya menangani sekitar 500 penerima manfaat PKH di Kelurahan Balaroa. Dari jumlah tersebut sekitar 300 rumah tangga merupakan korban bencana gempa dan likuefaksi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement