Senin 22 Jun 2020 19:32 WIB

Eropa Siapkan Medis Jika Terjadi Gelombang Kedua Corona

Eropa membuat 'pasukan cadangan medis' jika gelombang kedua terjadi.

Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Negara-negara Eropa telah memberikan kursus kilat bagi petugas medis tentang penanganan pasien Covid-19 jika terjadi gelombang kedua virus Corona. Mereka juga tengah berupaya melatih staf untuk menghindari kekurangan pekerja kesehatan

Beberapa ahli perawatan merekrut staf yang lebih permanen. Sedangkan lainnya membuat "pasukan" cadangan profesional medis yang siap ditempatkan di mana pun untuk bekerja di bangsal dengan pasien sakit parah.

"Kami membutuhkan 'pasukan' kesehatan," kata Maurizio Cecconi, presiden terpilih Masyarakat Eropa untuk Perawatan Intensif (ESICM).

Cecconi yang mengepalai departemen perawatan intensif di rumah sakit Humanitas di Milan, mengatakan staf medis harus lebih fleksibel dalam pekerjaan yang mereka lakukan, dan lebih banyak bergerak. "Jika ada gelombang besar lain, kita harus siap untuk mengerahkan dokter dan perawat dari daerah terdekat di Italia. Ini tidak banyak terjadi pada gelombang pertama," kata dia kepada Reuters.

Banyak negara yang tidak siap oleh pandemi Covid-19 pada Maret dan April lalu. Mereka buru-buru melatih kembali petugas medis untuk bekerja dengan pasien yang memiliki kasus penyakit parah.

Beberapa mengirim mahasiswa kedokteran dan pensiunan dokter untuk membantu di ruang perawatan intensif ketika staf rumah sakit kewalahan. Negara-negara yang paling terpukul oleh pandemi itu harus menyediakan lebih banyak tempat tidur dan peralatan penting untuk unit perawatan intensif, dan beberapa negara membangun rumah sakit baru.

Namun masalah dan kekurangan masih ada. Italia, misalnya, mungkin perlu meningkatkan 50 persen jumlah ahli anestesi, ahli resusitasi, dan tenaga medis lain yang telah bekerja di unit perawatan intensif.

Di seluruh Eropa, rumah sakit telah melatih kembali ahli bedah, ahli jantung, dokter penyakit dalam, dan perawat dari departemen lain, dan telah menugaskan mereka ke unit perawatan intensif bila diperlukan.

"Banyak yang menghadiri kursus kilat tentang cara menangani pasien Covid-19," kata Jozef Kesecioglu, presiden ESICM dan kepala perawatan intensif di Pusat Medis Universitas Utrecht, di Belanda.

"Kami memberi mereka pekerjaan dengan tanggung jawab yang ringan, seperti membasuh pasien, membalikkan pasien, memeriksa paru-paru, atau melihat hasil pindaian," katanya kepada Reuters.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement