Senin 22 Jun 2020 19:17 WIB

Narasi Pejabat dari Muhadjir Hingga Anies: Covid Terkendali

Gugus Tugas menyebut kasus Covid-19 bisa dikendalikan selama tiga bulan terakhir.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersiap memimpin upacara peringatan HUT ke-493 Kota Jakarta di halaman Balai Kota DKI Jakarta.
Foto: republika/Putra M. Akbar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersiap memimpin upacara peringatan HUT ke-493 Kota Jakarta di halaman Balai Kota DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Rr Laeny Sulistyawati, Dadang Kurnia

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy hari ini menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Jakarta. Salah satu yang dibahas adalah perkembangan terkini mengenai penanganan Covid-19.

Baca Juga

"Kalau penilaian dari Gugus Tugas, untuk kondisi sekarang ini masih dalam batas terkendali untuk perkembangan penanganan Covid-19 ini masih terkendali," kata Muhadjir, seusai bertemu Jokowi, Senin (22/6).

Kepada Jokowi, Muhadjir mengaku menjelaskan kondisi terakhir tentang pengurangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah. Menurutnya, kebijakan pengurangan pembatasan selalu diikuti konsekuensi risiko kenaikan kasus positif Covid-19.

Muhadjir mengakui, realisasi penerapan kebijakan pengurangan pembatasan sosial dan penjagaan protokol kesehatan memang tidak mudah dilakukan secara bersamaan. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah benar-benar diuji untuk memastikan protokol kesehatan tetap berjalan saat pembatasan sosial dilonggarkan.

"Kalau saya tadi memberikan pertimbangan beliau, ini pilihannya harus berimbang antara bahwa kita harus memulihkan ekonomi di satu sisi, tapi kita harus tetap berupaya agar pertumbuhan Covid ini tidak naik, paling tidak landai, syukur bisa turun," ujar Muhadjir.

Sebelumnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sendiri mengklaim kasus Covid-19 selama tiga bulan terakhir bisa dikendalikan. Bahkan persentase kematian akibat virus ini terus menurun.

Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, penanganan Covid-19 di Tanah Air dalam kurun waktu tiga bulan terakhir menunjukkan tren lumayan.

"Memang kasus Covid-19 meningkat, tetapi kenyataannya tidak seperti proyeksi banyak pihak bahwa kasusnya bisa ratusan ribu," ujarnya saat konferensi virtual di akun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jumat (19/6).

Selain itu, ia menyebutkan jumlah kematian akibat Covid-19 semakin

menurun, jika awalnya 10 persen dan sekarang berkurang menjadi 5 persen. Tak hanya itu, Wiku menyebutkan angka kesembuhan juga semakin meningkat yaitu 39,2 persen.

"Jadi kondisinya relatif terkendali," katanya.

Ia menambahkan, masyarakat yang juga bekerja sama mulai sadar untuk menangani virus ini kemudian membuat situasinya membaik. Artinya, ia menegaskan, yang memutus mata rantai penyebaran virus adalah masyarakat.

Penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia sempat menyentuh angka tertinggi 1.331 orang pada Kamis (18/6) pekan lalu. Angka itu kemudian turun hingga hari ini diumumkan tambahan 954 pasien baru positif Covid-19.

Penambahan lima provinsi hari ini ditempati oleh Jawa Timur (Jatim) dengan 315 orang, DKI Jakarta dengan 127 kasus, Sulawesi Selatan 111 kasus, Kalimantan Selatan 89 kasus, dan Sumatera Selatan 60 kasus. Selain penambahan kasus baru, pemerintah juga mencatat penambahan pasien sembuh sebanyak 331 orang, sehingga akumulasinya sebanyak 18.735 orang. Sementara pasien meninggal tambah 35 orang sehingga total meninggal 2.500 orang

Namun, penurunan angka kasus baru Covid-19 juga dibarengi penurunan jumlah uji spesimen. Sejak Ahad (21/6) sampai Senin (22/6) sebanyak 10.926 spesimen diuji, jauh menurun dibanding kapasitas pada satu hari sebelumnya yakni 18.229 spesimen.

Narasi sudah bisa dikendalikannya Covid-19 tidak hanya dilontarkan oleh pejabat pemerintah pusat. Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan juga mengatakan, pandemi Covid-19 di DKI semakin terkendali meski sudah memasuki dua pekan pelaksanaan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.

Anies mengungkapkan, hal itu terlihat dari angka reproduksi (R0) Covid-19 yang saat ini berada di angka 0,98. Angka itu turun 0,01 persen dari awal masa PSBB transisi yang masih mencapai 0,99.

"Tadi pagi jam 06.30 WIB laporan dari tim Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia yang menyampaikan bahwa dua minggu masa transisi wabah terkendali di Jakarta. Dan dilaporkan bahwa ketika di-review kekhawatiran ketika ada lonjakan tidak terjadi. Justru angka R-nya menjadi 0,98," kata Anies saat upacara HUT DKI di Balai Kota Jakarta, Senin (22/6).

Anies menuturkan, terkait temuan tersebut, pelaksanaan PSBB transisi akan tetap berjalan hingga akhir bulan Juni 2020. Kemudian, Pemprov DKI akan mengevaluasi, apakah masa transisi itu diperpanjang atau tidak.

"Ini kan perjalanan dua minggu pertama (PSBB transisi). Hasilnya, ternyata baik. Dan baik itu bukan artinya Pemprov atau dinas, arti baik ini untuk seluruh masyarakat, yang digambarkan di situ adalah seluruh kegiatan masyarakat," papar Anies.

"Fase transisi ini bisa diteruskan. Nanti akhir Juni kita akan lihat lagi," sambungnya.

Ia pun tidak memungkiri jika masih ditemukan pelanggaran selama masa PSBB transisi. Namun, banyak pula masyarakat yang sudah menyadari pentingnya melakukan protokol kesehatan Covid-19.

Anies pun menegaskan, Pemprov DKI akan selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan warga. Menurutnya, jika keadaan saat ini membahayakan masyarakat, maka pihaknya akan kembali menerapkan PSBB seperti semula.

"Nomor 1 keselamatan. Bila dianggap membahayakan, maka kita akan lakukan kembali ke PSBB semula. Tapi, sekarang karena temuannya tidak membahayakan, kita akan jalani terus dua minggu lagi," ucap Anies.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga mengaku pihaknya akan berhasil mengendalikan penyebaran Covid-19. Salah satu langkah yang diambil adalah terus memasifkan pelaksanaan rapid test, tes cepat molekuler (TCM), dan polymerase chain reaction (PCR) di 38 kabupaten/ kota di wilayah setempat. Tes yang dilakukan diutamakan bagi orang tanpa gejala (OTG) dan pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19.

Khofifah berpendapat, dengan semakin masifnya tes dan pelacakan yang dilakukan, maka wajar jika terjadi peningkatan kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Diakuinya, berdasarkan data yang ada, dalam sepekan terakhir, konfirmasi yang terdeteksi juga terus meningkat.

"Sampai hari ini, rapid test yang dilakukan di Jatim menjadi yang tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 213.211 tes. Di mana, sebanyak 198.160 test dilakukan oleh dinkes kabupaten/ kota, dan 16.051 oleh tim Covid-19 Hunter Jatim," kata Khofifah di Surabaya, Senin (22/6).

Khofifah menambahkan, saat ini laboratorium yang bisa melakukan pemeriksaan PCR di Jatim, juga meningkat. Yaitu dari sebelumnya hanya 11 laboratorium rujukan, menjadi 27 laboratorium rujukan. Serta, untuk pemeriksaan TCM meningkat dari 12 laboratorium menjadi 17 laboratorium.

"Kita optimistis dengan deteksi dan tracing yang lebih baik, maka penyebaran mata rantai Covid-19 di Jatim bisa segera dihentikan," kata Khofifah.

photo
Masker Tiga Lapis WHO - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement