Senin 22 Jun 2020 13:08 WIB

7 Tanda Bahaya Demam Berdarah Dengue

Tanda bahaya demam berdarah dengue biasanya muncul pada hari ketiga.

Suasana di salah satu ruangan perawatan bagi pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Tc Hillers di Maumere, Kabupaten Sikka, NTT,Sabtu (14/3/2020).
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Suasana di salah satu ruangan perawatan bagi pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Tc Hillers di Maumere, Kabupaten Sikka, NTT,Sabtu (14/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli infeksi dan pediatri tropik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) dr Mulya Rahma Karyanti mengingatkan masyarakat mewaspadai tujuh tanda bahaya penyakit demam berdarah dengue (DBD). Tujuh tanda bahaya ini biasanya muncul pada hari ketiga, seperti sakit perut.

Selain sakit perut, orang yang terjangkit DBD akan merasa lemas, pendarahan spontan, dan mengalami pembesaran hati. Di samping itu, mereka bisa didera penumpukan cairan hingga penurunan trombosit hingga di bawah 100 ribu.

Baca Juga

"Itu khas sekali ya bahaya DBD, yang kita takuti di hari ketiga atau yang disebut juga fase kritis," kata Mulya saat diskusi daring dengan tema "Ancaman Demam Berdarah di Masa Pandemi" di Graha BNPB Jakarta, Senin.

photo
Infografis Demam Berdarah Dengue - (Republika)

Pada fase ketiga tersebut, menurut Mulya, bisa terjadi kebocoran pembuluh darah. Apabila itu terjadi maka aliran darah ke otak otomatis juga berkurang sehingga orang tersebut ingin tidur saja.

Dalam kondisi tersebut, asupan makanan dan minuman juga akan sulit. Apalagi, pasien akan sering mengalami muntah.

Kondisi pasien DBD bisa semakin buruk ketika mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh. Dehidrasi ditandai tidak buang air kecil lebih dari empat hingga enam jam, terutama pada anak-anak.

"Ini tanda-tanda yang mesti diwaspadai oleh orang tua dan masyarakat secara umum," ujarnya.

Beberapa tanda lain yang harus diwaspadai masyarakat ialah pendarahan kulit, misalnya mimisan, kulit berdarah, hingga memar. Terkait usia, penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti tersebut dapat menjangkit siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

"Namun saat ini trennya kita lihat lebih banyak ke remaja bahkan mereka datang dengan fase kritis," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement