Ahad 21 Jun 2020 11:10 WIB

Jatuh Bangun Transportasi Publik Ibu Kota Saat Pandemi (3)

Sistem transportasi publik di Jakarta semakin terintegrasi.

Suasana kawasan stasiun terpadu di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (17/6). Program penataan kawasan stasiun terpadu ini adalah bentuk sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah DKI Jakarta, Demi mewujudkan layanan di bidang transportasi massal yang terintegrasi dan pelayanan masyarakat berjalan optimal
Foto: Republika/Prayogi
Suasana kawasan stasiun terpadu di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (17/6). Program penataan kawasan stasiun terpadu ini adalah bentuk sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah DKI Jakarta, Demi mewujudkan layanan di bidang transportasi massal yang terintegrasi dan pelayanan masyarakat berjalan optimal

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, transportasi umum yang terintegrasi mulai dirasakan oleh masyarakat Ibu Kota. Khususnya sejak layanan dari tiga BUMD DKI yaitu Transjakarta, LRT Jakarta, dan MRT Jakarta disatukan dalam program bernama Jak Lingko.

Satu pekan sebelum perayaan hari lahir Jakarta ke 493, Pemprov DKI Jakarta memperluas layanan integrasi antarmoda transportasi di Ibu Kota. Menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai penyedia layanan Kereta Rel Listrik (KRL) dan aplikator ojek daring buatan anak bangsa Gojek, Pemprov DKI Jakarta meresmikan secara simbolis stasiun terintegrasi di Stasiun Tanah Abang tepatnya pada Rabu (17/6).

Didiek Hartyantyo saat memberikan penjelasan transportasi publik KRL dan layanan transportasi publik lainnya menyatakan optimistis integrasi antarmoda yang terkoneksi dengan baik, akan meningkatkan volume penumpang di tiap stasiun. Tujuan akhirnya semakin banyak masyarakat yang beralih dari kendaraaan pribadi ke moda transportasi kereta api yang aman, nyaman, dan terjangkau.

Melalui penataan stasiun di empat titik yaitu Tanah Abang, Sudirman, Senen, dan Juanda, kini tersedia akses bagi pejalan kaki yang nyaman untuk menuju ke stasiun. Seperti adanya plaza, jalur pedestrian yang lebar, dan dilengkapi kanopi.

Kemudian, layanan transportasi lanjutan seperti bus, angkot, bajaj, dan ojek juga sudah disiapkan area masing-masing dengan teratur. Penumpang yang baru turun dari kereta api di stasiun juga tidak akan kebingungan untuk mencari lokasinya, karena sudah tersedia rambu pengarah di dalam dan luar stasiun yang cukup jelas.

Didiek berharap melalui penataan ini aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penumpang semakin meningkat. Menuju akhir Juni 2020, penyedia layanan transportasi publik di Ibu Kota telah mengalami jatuh bangun akibat badai Covid-19.

Saat ini perlahan namun pasti pergerakan ekonomi untuk transportasi publik bergerak maju menuju pertumbuhan. Jumlah penumpang tak lagi jadi acuan keberhasilan pengelolaan transportasi publik yang terintegrasi.

Di tengah pandemi Integrasi layanan transportasi di Ibu Kota baru bisa dikatakan berhasil saat para pengelola mampu bersatu padu menyediakan layanan yang menjamin kesehatan dan keamanan pengguna layanannya. Sehingga dapat menginspirasi dan menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement