Ahad 21 Jun 2020 10:03 WIB

Alasan Mouly Surya Adaptasi Novel Mochtar Lubis

Sutradara Mouly Surya mengadaptasi novel 'Jalan tak Ada Ujung' karya Mochtar Lubis.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Salah satu proyek film terkini sutradara Mouly Surya, Perang Kota, mengadaptasi novel Jalan tak Ada Ujung karya sastrawan Mochtar Lubis (Foto: sutradara Mouly Surya)
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Salah satu proyek film terkini sutradara Mouly Surya, Perang Kota, mengadaptasi novel Jalan tak Ada Ujung karya sastrawan Mochtar Lubis (Foto: sutradara Mouly Surya)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu proyek film terkini sutradara Mouly Surya, Perang Kota, mengadaptasi novel Jalan tak Ada Ujung karya sastrawan Mochtar Lubis. Mouly menyampaikan alasannya tertarik mengadaptasi karya tersebut menjadi wujud film.

"Sinematik banget. Awal baca buku Jalan tak Ada Ujung, di bagian depan, langsung kayak ada teaser yang terbayang banget bagaimana harus divisualkan," ungkap Mouly pada sesi bincang santai "Cabin Fever" besutan @milesfilms, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Perempuan yang mengarahkan film fenomenal Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak itu sudah merampungkan skenario film sebelum pandemi Covid-19 berlangsung. Sayangnya, situasi saat ini belum memungkinkan dia untuk melanjutkan produksi.

Meski begitu, Mouly tetap aktif memperkenalkan proyek film Perang Kota yang memiliki judul internasional This City is a Battlefield. Sepekan silam, proyek itu terpilih di Open Doors Locarno Hub di Festival Film Locarno 2020.

Proses pengembangan film Perang Kota sudah dimulai sejak akhir 2019. Mouly berharap film yang diproduseri Rama Adi W dan Fauzan Zidni dari Cinesurya itu bisa diproduksi bersama (coproduction) seperti halnya film Marlina.

Mouly mengatakan, sastra memiliki pengaruh kuat pada karya-karyanya. Sejak kecil, Mouly sangat suka membaca. Dia pun sudah lama bermimpi untuk mengadaptasi karya sastra menjadi sebuah film. Salah satu yang sangat ia incar adalah Ronggeng Dukuh Paruk.

Tidak dimungkiri, Mouly 'cemburu' ketika sutradara Ifa Isfansyah yang beberapa tahun silam mengadaptasi karya sastra gubahan Ahmad Tohari itu menjadi film layar lebar Sang Penari. Pascafilm Marlina, Mouly sengaja mencari karya untuk dia adaptasi.

"Ada beberapa karya sastra Indonesia yang ingin banget aku adaptasi ke film. Cuma ketika semakin punya pengalaman membuat film, selera kita berkembang, apa yang mau kita buat tidak sesederhana suka buku apa lalu difilmkan, harus mikir buat yang seperti apa," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement