Ahad 21 Jun 2020 06:57 WIB

Kepada UAS, Rocky Gerung Jelaskan Soal Kematian

UAS dan Rocky Gerung membahas soal kematian.

Diskusi UAS dan Rocky Gerung, Sabtu (20/6). Salah satu yang dibahas adalah mengenai kematian dalam pandangan filsafat.
Foto: Tangkapan layar akun youtube Ustadz Abdul Som
Diskusi UAS dan Rocky Gerung, Sabtu (20/6). Salah satu yang dibahas adalah mengenai kematian dalam pandangan filsafat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Rocky Gerung berdiskusi secara virtual berjudul Rocky Gerung Bicara tentang UAS, Sabtu (20/6). Dalam diskusi yang ditayangkan di akun youtube Ustadz Abdul Somad Official itu, salah satunya membahas soal kematian.

Di mana, UAS mengajukan sebuah pertanyaan tentang kematian. "Bung Rocky, ada masanya berbunga, ada masanya harum semerbak, tapi kemudian ada masanya layu dan kemudian mati. Bagaimana orang filsafat melihat kematian?"

Baca Juga

Rocky Gerung yang memang dikenal sebagai dosen filsafat, menjawab bahwa orang filsafat tidak bisa lihat kematian. Karena orang filsafat menganggap, kematian itu adalah sama misterinya dengan kehidupan.

"Ada namanya filsafat epikorus, bikin  poin waktu kita hidup kita tidak mati, waktu kita mati tidak hidup. Jadi itu dua kualitas yang tidak perlu diperbandingkan. Agama punya point of view yang lain bahwa kematian itu adalah penundaan dari harapan. Harapan itu hanya bisa kita peroleh dengan melewati fase kematian, jadi ada politics of hope di dalam kematian," kata Rocky.

Menurut Rocky, kehidupan adalah politics of memory. Memori itu kita hentikan supaya kita punya hope. Namun, sebetulnya menurut Rocky,  kalau di dalam ilmu pengetahuan yang lebih positivistik menanyanakan kematian itu tidak layak ditanyakan kepada orang hidup.

Dia mencontohkan, sama sepertinya orang bertanya tentang biodata Rocky Gerung untuk sebuah seminar. Ketika ditanya itu, Rocky menjawab bawha biodata itu baru lengkap kalau orangnya meninggal, kalau masih hidup biodatanya masih bertumbuh.

"Begitu saya tulis, biodata berubah, karena saya diundang ngomong dengan Ustadz Somad, bahwa saya bicara dengan ustdaz, saya gak bisa tambahin di situ (di biodata) karena saya masih hidup," kata Rocky.

Contoh lainnya, menurut Rocky, dulu ada seorang sosiolog yang ditanya oleh wartawan, jika sosiolog itu meninggal, ingin dikuburkan di mana dan dengan cara apa. Di jawab oleh sosiolog itu, sebaiknya para wartawan menanyakan kepada jenazahnya kelak.

"Jadi pertanyaan tentang kehidupan nanti itu adalah pertanyaan untuk orang mati. Kalau orang hidup itu hanya menggambar kenikmatan hidup nanti, ada kebahagiaan," kata Rocky.

Dan, menurut Rocky teologi dan filosofi bersahabat baik. Karena teologi menggambarkan kehidupan pascakematian dalam format dalam keadaanya yang indah. Sementara filsafat, merasionalisasi dan mengkritik jalan pikiran itu.

"Jadi kematian itu tema bersama teologi dan filosofi," kata Rocky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement