Ahad 21 Jun 2020 04:40 WIB

Khasiat Prozac Sebagai Obat Covid-19 Sedang Diteliti

Prozac merupakan antidepresan yang dianggap potensial sebagai obat Covid-19.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Obat antidepresan (ilustrasi). Prozac tengah diuji khasiatnya dalam pengobatan pasien Covid-19.
Foto: AP
Obat antidepresan (ilustrasi). Prozac tengah diuji khasiatnya dalam pengobatan pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak obat telah diuji untuk digunakan sebagai pengobatan Covid-19 yang potensial. Sekarang, para peneliti sedang menyelidiki Prozac karena dianggap dapat menekan replikasi SARS-Cov-2, yakni virus penyebab Covid-19.

Dilansir laman Health 24, Sabtu (20/6), percobaan klinis yang potensial akhirnya membawa kabar baik. Dexamethasone, kortikosteroid diketahui dapat menyelamatkan banyak nyawa di antara pasien Covid-19 yang paling parah terkena dampaknya.

Baca Juga

Tetapi pencarian untuk opsi perawatan lain masih berlangsung. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeklaim bahwa negara-negara harus terus bekerja pada langkah pencegahan untuk membatasi penyebaran virus corona baru.

Antidepresan untuk penyakit virus?

Nama "Prozac" sebenarnya tidak asing dalam dunia pengobatan. Obat antidepresan yang juga dikenal dengan nama generik fluoxetine ini adalah serotonin serapan inhibitor selektif (SSRI) yang pertama kali muncul di pasaran pada akhir 1980-an.

Prozac sering digunakan sebagai pengobatan untuk depresi, kecemasan, dan gangguan obsesif-kompulsif. Sekarang, para peneliti dari Julius-Maximilians-Universität Würzburg sedang menyelidiki obat ini sebagai pengobatan yang efektif untuk tahap awal Covid-19.

Tim menemukan bahwa SSRI secara signifikan dapat menghentikan replikasi awal dari SARS-CoV-2. Itu  berarti bahwa virus memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mendapatkan pijakan dalam tubuh, yang menyebabkan penyakit parah.

Bagaimana menurut penelitian?

Para peneliti menguji berbagai jenis SSRI, yang meliputi fluoxetine, escitalopram, dan paroxetine untuk melihat bagaimana itu dapat mengurangi replikasi SARS-CoV-2.

Mereka menginkubasi sel sambil meningkatkan konsentrasi obat dalam sel. Sel-sel ini semua terinfeksi dengan SARS-CoV-2 dan replikasi virus diekstraksi dan diuji dengan metode reaksi rantai polimerase real-time (RT-PCR).

Tingkat virus menurun secara signifikan dalam sel-sel ini, yang berarti bahwa fluoxetine efektif dalam menekan virus. Namun, para peneliti meyakini bahwa efeknya tidak ada hubungannya dengan penghambatan serotonin, karena paroxetine dan escitalopram tidak memiliki efek yang sama.

Sebaliknya, mereka percaya bahwa itu ada hubungannya dengan cara dua isomer optik dalam fluoxetine menghambat virus.

Apakah fluoxetine memiliki efek yang sama pada infeksi virus lainnya?

Menurut tim peneliti, mereka juga menguji efek fluoxetine ini pada virus lain seperti rabies, virus pernapasan manusia, atau virus herpes simplex. Akan tetapi, itu tidak memiliki efek yang sama. Mereka pun meyakini bahwa efek fluoxetine khusus untuk virus SARS-CoV-2.

Apakah uji klinis yang lama diperlukan?

Seperti yang telah dilihat sejak awal wabah, beberapa tim ilmiah menghindari uji klinis yang memakan waktu panjang untuk mempercepat pengujian obat-obatan yang sudah tersedia.

Beberapa obat saat ini digunakan "off-label" dalam memerangi Covid-19 dan ulasan komprehensif telah diterbitkan untuk mendokumentasikan obat-obatan ini sekalihus untuk mendorong penyelidikan lebih lanjut.

Mengapa penemuan ini bagus?

Dexamethasone dapat membantu menyelamatkan nyawa karena menekan sistem kekebalan tubuh dan mengobati peradangan. Salah satu penyebab signifikan penyakit parah dan kematian di antara pasien Covid-19 adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh.

Oleh karena itu, metode ini tidak akan cocok untuk pengobatan sejak awal penyakit, karena orang tidak ingin menekan sistem kekebalan pada tahap itu. Namun, jika Prozac dapat menekan replikasi virus SARS-CoV-2, itu bisa membantu menghindari tahap paling parah Covid-19.

Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini masih dalam tahap awal. Studi ini pun belum ditinjau lebih lanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement