Sabtu 20 Jun 2020 02:06 WIB

Edukasi Kebencanaan Masih Jadi PR Bersama

Lebih dari 75 persen sekolah di Indonesia berada di daerah rawan bencana

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Sebuah rumah warga rusak akibat bencana tanah longsor, (ilustrasi). Edukasi kebencanaan masih menjadi PR bersama.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Sebuah rumah warga rusak akibat bencana tanah longsor, (ilustrasi). Edukasi kebencanaan masih menjadi PR bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Edukasi kebencanaan merupakan pekerjaan rumah yang belum selesai hingga saat ini. Padahal kebijakan terhadap edukasi kebencanaan ini sudah diinisiasi sejak 2012 lalu melalui Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB).

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati, dari data InaRISK yang terintegrasi dengan Dapodik-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat lebih dari 75 persen sekolah di Indonesia berada di daerah rawan bencana. Kondisi ini mendorong BNPB dan berbagai pihak untuk mengakselerasi penerapan SMAB sehingga satuan pendidikan aman untuk generasi penerus bangsa dapat terwujud.

Baca Juga

"Salah satu upaya tersebut dilakukan BNPB yang bekerja sama dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Hizbul Wathan (HW)," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (19/6).

Ia menambahkan, kolaborasi di bidang edukasi bencana ini terselenggara melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) ketiga pihak di Kantor BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Jumat (19/6). PKS bertujuan untuk pengimplementasian SMAB melalui kegiatan Kepanduan Hizbul Wathan. Kerja sama ini akan berlangsung selama dua tahun.

Kerja sama mencakup implementasi bimbingan teknis (bimtek) dan penyusunan materi bimtek, dimulai dari modul, petunjuk teknis hingga buku saku untuk pembelajaran murid di sekolah Muhammadiyah, khususnya peserta didik kepanduan Hizbul Wathan (HW). Adapun outcome yang diharapkan pascakerja sama ini yakni MDMC dan HW dapat mengadopsi secara mandiri SMAB berbasis HW di seluruh sekolah Muhammadiyah di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Direktur Mitigasi BNPB Johny Sumbung menyampaikan bahwa langkah konkret dapat terlaksana setelah penandantanganan PKS implementasi SPAB ini. “Sinerginitas BNPB dengan para pihak dapat mendorong penerapan SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana) secara berkelanjutan sehingga menjadi upaya mitigasi bencana untuk warga sekolah/peserta didik,” ujarnya.

Sementara itu, MDMC menyampaikan apresiasi atas kerja sama tersebut. Ini merupakan langkah bersama dalam upaya mitigasi bencana. Ketua Kwartil Pusat HW Ramanda Muhcdi menyatakan, penanganan kebencanaan perlu diintegrasikan dalam kegiatan-kegiatan kepanduan.

"Sehingga bentuk kerja sama ini harus dilakukan sesegera mungkin paska penandatangan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement