Jumat 19 Jun 2020 19:37 WIB

ACT Ajak Masyarakat Bergabung Menjadi Agen Qurban

Global Qurban-ACT berikhtiar membantu perjuangan masyarakat yang terdampak Covid-19

Rep: rusdy nurdiansyah/ Red: Hiru Muhammad
ACT mendorong masyarakat tetap berkurban di masa pandemi Covid-19 ini.
Foto: ACT
ACT mendorong masyarakat tetap berkurban di masa pandemi Covid-19 ini.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Masalah rejeki merupakan salah satu perkara yang menyita perhatian manusia, terlebih di masa krisis ekonomi yang terdampak pandemi. Meski begitu, geliat masyarakat untuk membangun ekonomi keluarga makin meningkat. Global Qurban-Aksi Cepat Tanggap (ACT) membuka kesempatan bagi umat dalam menopang ekonomi keluarga sekaligus menebarkan maslahan kurban lewat Agen Qurban. 

"Saat ini sudah ribuan orang bergabung menjadi Agen Qurban yakni sudah mencapai 4.810 jiwa. Para Agen Qurban yang tersebar di 46 kota/kabupaten ini siap meluaskan kebaikan kurban," ujar Koordinator Manajemen Agen Global Qurban-ACT, Ardiansyah dalam siaran pers , Jumat (19/6).

Para Agen Qurban yang tersebar di 46 kota/kabupaten ini siap meluaskan kebaikan kurban di antaranya DKI Jakarta, Depok, Bandung, Tasikmalaya, Bengkulu, Palembang, Banjarmasin, Bangka Belitung, Medan, Jambi, Pekanbaru, Jember, Bali, dan Purwokerto. 

"Kesempatan jadi Agen Qurban ini masih terus terbuka bagi masyarakat yang ingin mencari tambahan penghasilan sekaligus ladang dakwah," terang Ardiansyah.

Melalui sistem keagenan ini, Global Qurban-ACT berikhtiar membantu perjuangan masyarakat yang ekonominya terdampak pandemi Covid-19. "Masyarakat seluruh Indonesia bisa menjadi bagian dari Agen Qurban dengan kemudahan mendaftarnya. Selain itu, akan ada berbagai macam benefit yang bisa diraih bersama Global Qurban," tutur Ardiansyah.

Menurut Ardiansyah, dengan bergabung menjadi Agen Qurban, masyarakat diajak untuk terlibat dalam proses pemasaran hewan kurban yang nantinya akan mendapatkan benefit terbaik dari tiap hewan yang terjual. Harapannya, benefit dari penjualan hewan kurban tersebut mampu mengurangi beban perekonomian Agen Qurban yang terdampak pandemi Covid-19.

"Sebelum memulai debut sebagai Agen Qurban, para agen akan dibekali berbagai materi, bimbingan serta pembekalan guna memaksimalkan kerja kebaikan ini. Global Qurban akan menyediakan dan terus memperbaharui materi pemasaran ke semua agen melalui sistem yang telah kami bangun.  Tujuannya sekaligus mengedukasi agen agar mampu menjadi agen pemasaran yang baik," jelasnya.

Dia menambahkan, sistem keagenan ini juga memanfaatkan teknologi sebagai dukungannya. Global Qurban-ACT menyiapkan laman khusus bagi setiap agen untuk nantinya bisa diakses oleh para pekurban. Catatan penjualan dari masing-masing agen pun bisa dilihat di akun agen yang bisa diakses dari website Global Qurban.

"Saat ini masyarakat yang mendaftarkan diri sebagai Agen Qurban terus bertambah. Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Misalnya saja mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja informal, dan sejumlah profesional yang saat ini terdampak pandemi. Insyaallah makin banyak Agen Qurban yang akan bergabung seiring dengan besarnya antusias masyarakat untuk berkolaborasi dalam meluaskan manfaat kurban," tutur Ardiansyah.

Salah satu cerita hadir dari Suharti (37) salah satu Agen Qurban yang juga berjualan warteg. Beberapa pesan grup dilihat, lalu ia mengirimkan ajakan berkurban serta poster digital yang menampilkan hewan kurban beserta harga. Kegiatan ini sudah dilakukannya sejak sepekan terakhir dan akan terus berlangsung hingga Hari Raya Idul Adha mendatang.

Ketika ada pembeli makanan di warung, Suharti meletakkan gawai. Ia melayani pembeli makanan siap santapnya terlebih dahulu. Selain menjual makanan, perempuan asal Klaten, Jawa Tengah ini juga menawarkan para pembeli untuk berkurban. "Pekan kemarin saya daftar, gampang juga daftarnya," ucap Suharti ketika ditanya apakah ada kesulitan saat mendaftar menjadi Agen Qurban.

Ibu dua anak itu merupakan salah satu orang yang merasakan dampak pandemi Covid-19 Setidaknya sejak Maret, penghasilan dari warung makan sederhananya berkurang. Sang suami yang bekerja sebagai supir angkutan kota  tak lagi bekerja karena semakin sepinya penumpang. 

"Saya tinggal di kota yang akses ini dan itunya mudah saja sangat merasakan dampak Covid-19, apalagi mereka yang tinggal di sana (tepian negeri dan wilayah yang susah jangkauannya)," ungkap Suharti.

.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement