Kamis 18 Jun 2020 18:38 WIB

Membentuk Generasi Hafiz Quran yang Shaleh dan Cerdas

Orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi shaleh dan cerdas.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Membentuk Generasi Hafiz Quran yang Shaleh dan Cerdas. Foto: Ustazah Lilis Yulistiawati, Kepala Sekolah Tahfizh Mutiara Qur
Foto: dok. Istimewa
Membentuk Generasi Hafiz Quran yang Shaleh dan Cerdas. Foto: Ustazah Lilis Yulistiawati, Kepala Sekolah Tahfizh Mutiara Qur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebagai seorang Muslim tentunya menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah, hafiz dan hafizah, cerdas dalam ilmu dan pengetahuan. Kelak yang Insya Allah di hari akhir menjadi pembela dan penolong orang tua di hadapan Allah SWT.

Bagaimana caranya, membentuk generasi itu semua, Ustadzah Lilis Yulistiawati, Kepala Sekolah Tahfizh Mutiara Qur'an Tingkat SD, Bandung Jawa Barat memberikan tips. Menurutnya, agar mendapat putra, putri yang sholeh dan shaleh, cerdas, seorang hafizh dan Hafizah itu, para ulama telah memberikan arahan.

Baca Juga

"Maka para ulama telah memberikan contoh teladan dan arahanya. Yakni pelajarilah Alquran, lalu pelajarilah adab sebelum memulai mempelajari ilmu," katanya saat berbincang dengan Republika, Kamis (18/6).

Menurutnya seperti disampaikan Imam An Nawawi, Al Majmu’ Juz I/66, Darul Fikri, Beirut 1966, hal pertama yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu adalah menghafal Alquran, karena dia adalah ilmu yang terpenting. Bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Alquran.

"Nasihat Imam Nawawi di atas menunjukkan betapa pentingnya menghafal Alquran, bahkan ia adalah ilmu yang paling awal harus dimiliki para penuntut ilmu sebelum menuntut ilmu lainnya," katanya.

Menurutnya, pantaslah jika para ulama terdahulu dan para ilmuwan Islam rata-rata seorang Hafizh selain mereka juga alim di bidang ilmu kauniyah maupun alim dalam bidang ilmu syar’i. Sebut saja misalnya Imam Asy Syafi’i, Imam Al Ghazali, Ibnu Sina, Muhammad Al-Fatih dan nama-nama lainnya yang tak akan cukup dituliskan saja karena para ilmuwan Islamlah yang meletakkan fondasi kemajuan peradaban dunia saat ini.  

Hal ini semakin menegaskan kebenaran sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang disibukkan oleh Alquran daripada berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sesuatu yang lebih utama dari yang Aku berikan kepada orang-orang yang memohon kepada-Ku dan keutamaan kalam Alloh SWT di atas seluruh perkataan adalah seumpama keutamaan Alloh SWT atas makhluk-Nya.” (Hr. At Tirmidzi, Ad Dairami, dan Al Baihaqi).

Para penuntut ilmu yang di dalam dadanya tersimpan hafalan Alquran akan lebih berhati-hati dalam proses menuntut ilmunya tersebut agar senantiasa ikhlash dan menjauh dari maksiat karena maksiat bisa menghijab ilmu Alloh SWT ke dalam dada.

“Sebenarnya Alquran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu,  dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (QS. Al Ankabut, 29 : 49)

Ketika kita menuntut ilmu dengan membaca suatu kitab (buku), baik kitab uluml syar’i maupun kauni maka tentu akan mempengaruhi cara pandang, sikap dan tingkah laku bahkan kepribadiannya. Apalagi jika membaca Al Qur’an, maka manusia akan mendapatkan pencerahan dan tuntunan kehidupan yang selaras dengan nilai-nilai fitrah kemanusiannya, karena Al Qur’an adalah Kalam dari Sang Maha Pencipta manusia dan alam semesta.

“yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Robb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS.  Fushshilat, 41:42)

Karena itu, biidznillah, seorang penghafal Al Qur’an akan diberi kemudahan oleh Alloh SWT dalam hal mencari ilmu, yaitu kemudahan mempelajari Al  Qur’an (QS Al Qomar : 17) dan kemudahan dalam mendapatkan ilmu lainnya (QS. Al Mujadilah : 11).

Jika seseorang sudah memiliki hafalan Alquran sebelum menuntut ilmu lainnya, maka Alquran akan menjadi penyaring agar ilmu yang masuk adalah ilmu yang bermanfaat (karena ada juga ilmu yang tidak bermanfaat seperti ilmu santet, sihir, dan sejenisnya) dan di saat yang sama menjadi pembuka jalan dimudahkannya ilmu masuk ke dalam dada dan fikiran.

Mengapa adab, karena para ulama..sebagaimana yang di sampaikan oleh Al Qarafi rahimahullah dalam kitabnya Al faruq...mengatakan untuk menjadikan ilmumu ibarat garam dan adabmu ibarat tepung, yakni perbanyaklah adab agar perbandingan banyaknya seperti perbandingan tepung dan garam- dalam suatu adonan. Banyak adab dengan sedikit ilmu lebih baik daripada banyak ilmu dengan sedikit adab.

Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,

بالأدب تفهم العلم

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya.

Ibnul Mubarok berkata,

تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين

“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

Ibnu Sirin berkata,

كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم

“Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu.”

Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok,

نحن إلى كثير من الأدب أحوج منا إلى كثير من حديث

“Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada banyak menguasai hadits.” Ini yang terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita ini adab dan akhlak seharusnya lebih serius dipelajari.

Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Wahab berkata,

ما نقلنا من أدب مالك أكثر مما تعلمنا من علمه

“Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam hal adab dibanding ilmunya.”

Setelah mempelajari adab, maka anak-anak mulai d ajari menghafal Alquan. Mengapa menghafal Alquran? Pertama karena Alquran adalah kitab suci umat Islam berisi hukum- hukum Allah sehingga membacanya akan bernilai ibadah. Allah menjanjikan kemuliaan yang banyak bagi para penghafal Alquran.

"Bahkan kelak Alquran akan menjadi syafaat(pembela) bagi para penghafalnya," katanya.

Kedua, mendahulukan menghafal Alquran sebelum ilmu lain akan melatih daya konsentrasi anak, sehingga bisa meningkatkan kecerdasan.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Prof. DR. Shalih bin Ibrahim, Profesor Ilmu Kesehatan Jiwa di Riyadh di Universitas Al-Imam Muhammad bin Sa’ud Al-Islamiyah bersama dua kelompok yang masing-masing beranggotakan 170 orang menunjukkan, ketika kadar hafalan Alquran meningkat, maka akan meningkatkan pula kesehatan jiwanya.

Para mahasiswa yang memiliki hafalan Alquran yang baik memiliki kesehatan jiwa yang lebih baik pula. Penelitian yang dilakukan dua kelompok ini masing-masing di antaranya, mahasiswa dan mahasiswi dari Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah dan  mahasiswa dan mahasiswi Ma’had al-Imam Asy-Syatibi li ad-Dirasah al-Qur’aniyyah, filial Universitas al-Khairiyah Litahfidzil Qur’an al Karim di Jeddah.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Saudi juga menunjukkan bahwa, Alquran berperan dalam meningkatkan kecerdasan bagi anak-anak sekolah dasar dan memberikan pengaruh positif bagi penghafal Alquran, dalam kesuksesan akademik para mahasiswa.

Hasil dari penelitian ini seolah memberikan kesadaran bagi kita betapa pentingnya untuk menghafalkan Alquran. Selain menambah amal baik seorang muslim, juga berpengaruh positif terhadap kesuksesan akademik dan ketentraman jiwa seseorang. Tidak hanya itu, menghafalkan Alquran juga dapat memberikan dampak positif terhadap prestasi seseorang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Dr. Ahmad Al-Qadhiy terhadap tiga kelompok responden, muslim yang dapat berbahasa Arab, muslim yang tidak dapat berbahasa Arab, dan non muslim yang tidak dapat berbahasa Arab. Ketika dibacakan potongan ayat Alquran dan terjemahannya dalam bahasa Inggris, menunjukkan 97 persen terjadi perubahan pada fisiologis mereka. Perubahan fisiologis tersebut ditunjukkan oleh menurunnya kadar tekanan pada syaraf secara spontanitas.

Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwasanya Alquran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap syaraf. Oleh karena itu pada keadaan ini, pengaruh Alquran terhadap ketegangan saraf akan menyebabkan seluruh badannya akan segar kembali, di mana dengan bagusnya stamina tubuh ini akan menghalau berbagai penyakit atau mengobatinya.

Oleh karena itu para penghafal akan memiliki konsentrasi yang baik dalam mempelajari berbagai ilmu lainny termasuk ilmu umum.Modal konsentrasi akan memudahkan anak-anak dalam memahami ilmu.

"Inilah kurikulum yang di ajarkan oleh para ulama kita. Kurikulum ini di terapkan pada sistem pemerintahan Islam terdahulu. Dengan kurikulum inilah dunia Islam menjadi pusat keilmuan, dan membangun peradaban yang besar," katanya.

Kohesi Keluarga Muslim Membawa Warga Selandia Baru Masuk Islam

MAKKAH -- Seorang warga Selandia Baru, Tracy masuk Islam. Tracy, mengaku tertarik dengan Islam setelah melihat betapa kuatnya hubungan antara sesama umat muslim yang terbangun.

Tracy kini telah berada di tanah suci Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Tracy merupakan salah satu tamu dalam program Penjagaan Dua Masjid Suci King Salman.

Kerajaan Saudi mengundang sejumlah muslim dari berbagai belahan dunia untuk melakukan haji atau umrah dengan biaya pribadi. Tracy adalah salah satu dari 6.300 peziarah dari 73 negara yang merupakan tamu pribadi Raja.

Dilansir dari Saudi Gazette pada Kamis (18/6), Tracy baru saja memeluk Islam dan mengatakan bahwa hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidupnya. Untuk pertama kalinya, Tracy melihat bangunan suci Ka'bah.

"Saya berada di ka'bah hari ini, sebuah tempat yang merupakan tempat paling suci di bumi. Hari ini merupakan hari-hari terbaik saya. Tidak ada perbedaan antara orang kulit putih dan kulit hitam atau orang Arab dan non-Arab," kata Tracy.

Tracy mengaku memiliki seorang teman perempuan Muslim yang menjelaskan Islam kepadanya. Dari teman perempuannya itu, Tracy banyak mendapatkan pengetahuan tentang agama Islam.

"Kunjungan saya di rumahnya adalah titik balik dalam hidup saya. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kohesi yang kuat dari teman saya dan keluarganya. Ini membuat saya berpikir mendalam tentang Islam dan akhirnya membuat saya memeluk agama Islam," ujar Tracy.

Kemudian lanjut Tracy, teman muslimahnya itu mengajaknya ke sebuah masjid terdekat. Di masjid itulah Tracy akhirnya mengucapkan syahadat dan masuk Islam.

"Kebaikan terkadang keluar dari rahim kejahatan. Tragedi masjid Christchurch membuat banyak Kiwi memeluk Islam," katanya.

n. Mabruroh

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement