Kamis 18 Jun 2020 11:51 WIB

Kakak George Floyd Desak PBB Selidiki Kematian Adiknya

Philonise Floyd mendesak PBB menyelidiki kebrutalan polisi di Amerika Serikat

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Philonise Floyd mendesak PBB menyelidiki kebrutalan polisi di Amerika Serikat. Ilustrasi.
Foto: EPA
Philonise Floyd mendesak PBB menyelidiki kebrutalan polisi di Amerika Serikat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Saudara laki-laki George Floyd, Philonise Floyd, mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyelidiki kebrutalan polisi di Amerika Serikat (AS) dan diskriminasi rasial. George Floyd adalah seorang pria Afrika-Amerika yang meninggal dunia karena lehernya ditekan oleh lutut seorang perwira polisi kulit putih di Minneapolis.

"Cara Anda melihat saudara lelaki saya disiksa dan dibunuh adalah cara orang kulit hitam diperlakukan oleh polisi di Amerika," kata Philonise Floyd kepada Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa melalui video.

Baca Juga

Philonise Floyd mendesak pembentukan komisi independen untuk menyelidiki kasus kematian saudara laki-lakinya dan kekerasan yang digunakan oleh polisi terhadap pengunjuk rasa anti-rasisme di AS. Diketahui, kematian George Floyd telah memicu aksi protes anti-rasisme di AS. Mereka menggemakan gerakan Black Lives Matter di hampir seluruh negara di dunia.

“Kamu menyaksikan kakakku mati. Itu bisa saja terjadi pada saya. Saya penjaga adik saya. Anda di PBB adalah penjaga saudara dan saudari Anda di Amerika dan Anda memiliki kuasa untuk membantu kami mendapatkan keadilan bagi saudara lelaki saya George Floyd," ujar Philonise Floyd.

Debat mendesak dilakukan atas permintaan negara-negara Afrika kepada PBB untuk menyelidiki pelanggaran rasial. Duta Besar Afrika Selatan untuk PBB, Nozipho Joyce Mxakato-Diseko, mengatakan Dewan Hak Asasi Manusia harus menjadi pembela utama bagi kaum yang lemah, khususnya untuk keturunan dan korban perdagangan budak transatlantik.

Para aktivis dan diplomat mengatakan bahwa para pejabat AS dan Australia telah melobi negara-negara Afrika untuk menekan rancangan resolusi mereka. Sebuah draft yang dilihat oleh Reuters tidak menyebutkan Amerika Serikat atau membentuk komisi penyelidikan terhadap negara tersebut.

Draft tersebut meminta Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet, menetapkan fakta dan keadaan yang berkaitan dengan rasisme sistemik serta dugaan penggunaan kekuatan berlebihan. Dalam pidatonya, Bachelet menyerukan untuk menyelidiki dan menuntut penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi. Dia juga mendesak dilakukan reformasi polisi dengan cepat.

"Black Lives Matter. Kehidupan pribumi penting. Kehidupan orang kulit berwarna penting. Semua manusia dilahirkan setara dalam martabat dan hak," ujar Bachelet.

Duta Besar AS untuk PBB Andrew Bremberg mengatakan, AS telah menerapkan reformasi polisi setelah pembunuhan George Floyd. "Sebagai pembela hak asasi manusia terkemuka di dunia, kami menyerukan kepada semua pemerintah untuk menunjukkan tingkat transparansi dan akuntabilitas yang sama dengan yang dilakukan AS dan mitra demokrasi kami," katanya.

Duta Besar China untuk PBB Chen Xu mendesak AS untuk menjamin secara efektif hak-hak hukum etnis minoritas. Dia juga meminta AS berhenti menggunakan hak asasi manusia sebagai alat politik dan menerapkan standar ganda secara internasional.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement