Kamis 18 Jun 2020 00:22 WIB

Warga Desa Amazon Tolak Obat Hidroksiklorokuin

Warga desa Amazon timur memilih konsumsi obat herbal obati Covid-19.

Tiga juta anggota masyarakat adat Amazon membutuhkan bantuan untuk melawan pandemi Covid-19.
Foto: EPA
Tiga juta anggota masyarakat adat Amazon membutuhkan bantuan untuk melawan pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, PORTEL -- Sejumlah warga desa di Amazon timur menolak imbauan pemerintah Brazil untuk mengonsumsi obat malaria hidroksiklorokuin guna mencegah virus corona. Warga Amazon timur memilih meminum teh jambu, yang juga dikenal sebagai herbal untuk sakit gigi.

Maria de Nazar Sajes (65) terbukti positif virus corona dan meyakini ia melawan gejalanya dengan minum air rendaman daun pahit. "Saya membuat teh jambu dan merasa sehat lagi. Orang-orang bilang: 'Lihat Maria, bagaimana dia sembuh, dia tidak demam atau sakit'," kata Maria sambil mendidihkan air di rumah kayu miliknya.

Baca Juga

Desanya, yang berada di tepi sungai Amazon dikunjungi oleh petugas kesehatan masyarakat untuk melakukan tes Covid-19 terhadap penduduk. Virus corona membuat Brazil menjadi negara terparah kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Regulator AS pekan ini mencabut persetujuan penggunaan darurat hidroksiklorokuin untuk pasien Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Obat itu masih diresepkan di Brazil saat para ilmuwan dunia sedang berlomba mengembangkan sebuah vaksin dan pengobatan efektif.

Di sudut terpencil hutan hujan Amazon, di mana akses ke bangsal perawatan intensif bisa membutuhkan perahu panjang menuju kota-kota terdekat, pencegahan sangat penting. Orang-orang di sana percaya dengan pengobatan herbal tradisional.

Perawat Marilia Costa menyebutkan terdapat resistensi untuk penggunaan hidroksiklorokuin. "Kami melihat sebagian besar penduduk di sini mengonsumsi obat racikan sendiri yang mereka yakini memilik kualitas penyembuhan yang luar biasa," katanya.

"Mereka mendapat pil untuk demam tetapi mereka mencampurkannya dengan obat tradisional mereka sendiri."

Dikutip dari Reuters, daun jambu digunakan untuk hidangan lokal, namun katanya berkhasiat sebagai obat bius untuk membantu menghilangkan rasa sakit. Selain sifat lainnya melawan virus dan digunakan sebagai pencahar atau afrodiasiak.

"Saya takut ke rumah sakit sebab tidak akan ada obat alami yang kita temui di sini," kata perempuan muda bernama Maria Claudia. "Mereka tidak akan mengizinkan saya meminum teh di sana."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement