Rabu 17 Jun 2020 05:45 WIB

Pemberdayaan Pembelajaran Pondok di Malaysia Berlanjut

Malaysia meningkatkan kualitas pendidikan pembelajaran pondok.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Muhammad Hafil
Pemberdayaan Pembelajaran Pondok di Malaysia Berlanjut. Foto: Bendera Malaysia (ilustrasi)
Foto: Reuters
Pemberdayaan Pembelajaran Pondok di Malaysia Berlanjut. Foto: Bendera Malaysia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR — Malaysia berencana meningkatkan kualitas pendidikan untuk lembaga pembelajaran pondok secara holistik. Tujuannya, menempatkan pembelajaran pondok di jajaran lembaga pendidikan tinggi yang mampu menghasilkan lulusan berprestasi. Hal itu diumumkan Menteri di Departemen Perdana Menteri (Urusan Agama), Senator Datuk Seri Dr Zulkifli Mohamad al-Bakri, Selasa (16/6).

Dia mengatakan lulusan lembaga pembelajaran pondok juga dapat memiliki kualifikasi lebih tinggi yang diakui Badan Kualifikasi Malaysia (MQA). Dengan itu, murid bisa meningkatkan potensi untuk mengamankan pekerjaan yang lebih baik. “Keseimbangan antara kualitas pendidikan dan pengembangan institusi pendidikan sangat penting untuk pemberdayaan guna menghadapi masalah lain,” kata Zulkifli dilansir di Bernama.com.

Baca Juga

Karena itu, dia mengumumkan pemerintah mengambil langkah untuk menandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Dewan Agama Islam Wilayah Federal (MAIWP) dan Kolej Professional Baitulmal Kuala Lumpur (KPBKL) untuk pelaksanaan program diploma di Modern Pondok Syariah Islamiyyah (DSI) ) Al-'Abaqirah. Acara itu juga menyaksikan penandatanganan MoU tentang endowment Sistem Pendidikan Terpadu dan Holistik (IHES) antara ADNI Endowment Development Berhad dan MAIWP.

Zulkifli mengatakan MoU memungkinkan siswa pondok melanjutkan kursus diploma di KPBKL selama 2,5 tahun dengan biaya lebih rendah. Studi hanya menelan biaya 1.800 ringgit Malaysia (sekitar Rp 5,9 juta) dibandingkan biaya keseluruhan normal yaitu 18 ribu ringgit Malaysia (sekitar Rp 59,6 juta) yang mencakup empat kurikulum utama.

“Ini mengikuti Kurikulum Standar Sekolah Menengah (KSSM) berdasarkan turath (interpretasi buku), penghafalan bahasa Arab, Jawi dan Quran untuk menghasilkan cendekiawan Islam yang fasih dalam pengetahuan agama dan urusan duniawi,” ujar Zulkifli.

Zulkifli merupakan penggagas pondok modern saat masih menjadi mufti Wilayah Federal. Dia mengatakan mengatakan sistem pendidikan pondok akan lebih terintegrasi dengan IHES. 

Sumber:

https://www.bernama.com/en/general/news.php?id=1851679

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement