Selasa 16 Jun 2020 16:53 WIB

Kementerian Ungkap Alur Proses Penentuan Petinggi BUMN

KBUMN memiliki talent pool yang jadi wadah dalam mencari sosok yang mumpuni.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Staf khusus menteri BUMN Arya Sinulingga di ruang media Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (6/12).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Staf khusus menteri BUMN Arya Sinulingga di ruang media Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (6/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyampaikan proses pemilihan direksi dan komisaris BUMN tidak dilakukan secara tiba-tiba, melainkan berdasarkan proses seleksi yang dilakukan Kementerian BUMN. Arya menyebut Kementerian BUMN memiliki talent pool yang menjadi wadah dalam mencari sosok yang mumpuni untuk duduk di kursi direksi atau komisaris BUMN.

"Di sini namanya ada talent pool BUMN, jangan heran antar-BUMN saling ganti, pindah ke sana dan sini sesama BUMN," ujar Arya saat diskusi virtual pada Selasa (16/6).

Baca Juga

Dari hasil seleksi awal, lanjut Arya, akan diteruskan kepada Deputi SDM Kementerian BUMN. Kemudian secara berjenjang disampaikan kepada wakil menteri BUMN hingga sampai pada tangan Menteri BUMN Erick Thohir.

"Nanti Pak Menteri melihat apakah perusahaan itu termasuk yang strategis seperti Pertamina, PLN, atau bank. Kalau strategis akan sampai ke presiden (proses penentuannya)," lanjut Arya. 

Arya mengatakan proses seleksi hingga ke tangan presiden bagi BUMN strategis sudah berjalan sejak zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sementara penentuan terhadap pemilihan direksi dan komisaris BUMN yang dinilai tidak begitu startegis cukup sampai di Menteri BUMN.

Arya juga menilai hal yang lumrah jika pergantian direksi atau komisaris BUMN kerap mendapat sorotan dari masyarakat. Pasalnya, kata Arya, BUMN menyangkut banyak kepentingan publik dan merupakan milik rakyat sehingga akan selalu mendapat perhatian hingga tak kadang memicu pro dan kontra. Arya menilai besarnya perhatian publik merupakan hal yang positif dalam mengawasi kinerja BUMN untuk lebih baik.

"Mau tidak mau mata publik selalu melihat (BUMN). Itu konsekuensi logis masyarakat melihat, normal saja," kata Arya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement