Selasa 16 Jun 2020 07:26 WIB

Gugus Tugas Covid-19 Harap Warga Surabaya Sadar Pakai Masker

Penggunaan masker mampu menjamin rasio penularannya perlahan hilang

Warga antre untuk mengikuti tes diagnostik cepat (Rapid Test) COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngagel, Surabaya, Jawa Timur, Senin (8/6/2020). Badan Intelijen Negara (BIN) terus melakukan tes diagnostik cepat (Rapid Test) dan tes usap (Swab Test) COVID-19  terhadap warga Kota Surabaya sejak Jumat (29/5/2020) untuk memutus rantai penularan COVID-19
Foto: Antara/Didik Suhartono
Warga antre untuk mengikuti tes diagnostik cepat (Rapid Test) COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngagel, Surabaya, Jawa Timur, Senin (8/6/2020). Badan Intelijen Negara (BIN) terus melakukan tes diagnostik cepat (Rapid Test) dan tes usap (Swab Test) COVID-19 terhadap warga Kota Surabaya sejak Jumat (29/5/2020) untuk memutus rantai penularan COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Jawa Timur mengingatkan bahwa penggunaan masker sebesar 60 persen di lingkungan tertentu mampu menjamin rate of transmission (RT) atau rasio penularannya berada di angka 1.

"Kalau RT sudah di angka 1 maka di lingkungan tersebut virusnya akan pelan dan pasti hilang," ujar Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi, Senin (16/6) malam.

Namun, jika tetap di atas angka 1 seperti yang terjadi di kawasan Surabaya Raya (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik), maka Covid-19 akan menjadi endemi dan terus ada di tengah masyarakat.

"Apalagi kalau angkanya di atas 1 jauh maka akan modifikasi kasusnya dan semakin berbahaya. Sekali lagi, agar virus itu perlahan hilang maka penggunaan masker saja sudah sangat membantu," ucapnya.

Direktur di RSUD dr Soetomo tersebut berharap kesadaran masyarakat, terutama di Surabaya Raya, menjadi tinggi terhadap penggunaan bermasker, terlebih hingga kini angka warga yang terpapar Covid-19 juga terus bertambah.

Yang dikhawatirkan, kata dia, jika tak ada kesadaran masyarakat maka rumah sakit akan terbebani serta tidak mampu sehingga semakin banyak transmisi penularannya dan sangat menjadi kondisi sangat berbahaya.

"Prinsip mudah sebenarnya, yaitu jaga jarak fisik dan sosial, menggunakan masker, cuci tangan setiap setiap saat dan melakukan isolasi bagi yang sakit. Ini memang sepertinya gampang, tapi sulit dikerjakan," ucapnya.

Sementara itu, kawasan Surabaya Raya memang menjadi sorotan karena tingkat penularan dan penderita Covid-19 yang sangat tinggi, bahkan rasio penularan yang masih di atas angka 1.

Berdasarkan catatan Gugus Tugas Provinsi, di Surabaya Raya sebanyak 66 persen dari seluruh kasus Covid-19 di Jatim berasal dari tiga daerah tersebut, bahkan Kota Surabaya saja sekitar 51 persen.

Tak itu saja, dari data epidemologi attack rate atau tingkat serangan Covid-19 di Kota Surabaya per 14 Juni 2020 dengan jumlah penduduk lebih dari 3 juta jiwa telah mencapai 133,8.

"Artinya, setiap 100.000 populasi warga Surabaya, 134 orang di antaranya positif Covid-19. Ini masih sangat berbahaya dan harus diwaspadai semua," kata dr Joni.

Sementara itu, rincian data per Senin (15/6) malam, tambahan kasus di Kota Surabaya sebanyak 109 orang sehingga totalnya 4.119 orang, lalu Sidoarjo tambahannya 27 orang dan totalnya 986 orang, serta Gresik tambahannya 38 orang yang secara keseluruhan mencapai 350 orang.

Sedangkan untuk se-Jatim tambahan kasusnya 292 orang sehingga total keseluruhan mencapai 8.053 orang, kemudian pasien sembuh sampai saat ini sebanyak 2.317 orang (tambahan 71 orang), serta pasien meninggal dunia 638 orang (tambahan 21 orang).

Lalu, untuk warga yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) jumlahnya 8.352 orang, orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 26.474 orang serta orang tanpa gejala (OTG) mencapai 24.359 orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement