Selasa 16 Jun 2020 04:35 WIB

Tujuh Sahabat Nabi Muhammad SAW Berkulit Hitam

Sahabat Nabi yang berkulit hitam rela menjadi martir demi Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Grafis sahabat Nabi dari kalangan non Arab
Foto: Republika.co.id
Grafis sahabat Nabi dari kalangan non Arab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbicara tentang sahabat kulit hitam Nabi Muhammad SAW, nama pertama yang muncul dalam benak adalah Bilal ibn Rabah. Ia adalah orang yang pertama kali menyuarakan adzan, ketua semua Mua'dhin.

Namun, artikel kali ini bukan akan membahas tentang Bilal ra. Artikel ini menyoroti beberapa tokoh dalam sejarah awal Islam yang berkulit hitam.

Baca Juga

Dilansir di About Islam, penggunaan kata hitam tidak terbatas pada orang-orang Nubia dan Abyssinia, tetapi juga untuk orang Arab yang memiliki kulit berwarna hitam dan cokelat. Pada zaman sekarang, mereka dianggap hitam seperti orang Sudan yang sama-sama orang Arab dan berkulit hitam.

Umm Ayman

Sosok bercahaya pertama yang merupakan pendamping Nabi ini adalah Barakah atau juga dikenal sebagai Umm Ayman. Umm Ayman adalah seorang Abyssinia dan pelayan Abdullah bin Abdil Muttalib, ayah dari Nabi.

Ketika Aminah atau ibu Nabi Muhammad SAW meninggal, Umm Ayman mengambil alih peran sebagai wanita yang memberikan perawatan utama Nabi. Dia kemudian dibebaskan pada saat pernikahan Nabi dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwaylid.

Umm Ayman adalah salah satu penganut awal Islam di Mekkah dan merupakan salah satu dari mereka yang menghadapi penganiayaan dari Quraisy. Dia termasuk di antara sahabat Nabi yang bermigrasi dari Mekkah ke Al-Madinah.

Usamah bin Zayd

Usamah bin Zayd ra adalah salah satu sahabat terkasih Nabi SAW. Orang tua Usamah yakni Zayd bin Harithah adalah orang Arab dan Umm Ayman merupakan orang Etiopia.

Keduanya dibebaskan dari perbudakan oleh Rasulullah SAW. Usamah dilahirkan di Mekkah tujuh tahun sebelum hijrah dan digambarkan memiliki kulit hitam. Sebagian besar pengasuhan Usamah dilakukan di rumah Nabi Muhammad dan dalam rentang waktu yang sama dengan pengasuhan cucu Nabi, Al-Hasan bin ‘Ali.

Ketika masih remaja, Usamah dipilih oleh Nabi untuk memimpin pasukan Muslim dalam ekspedisi melawan Romawi di Suriah. Beberapa sahabat merasa sangat marah pada Usamah karena diangkat sebagai jenderal dibandingkan sahabat lama dari Quraisy.

Nabi SAW lantas berkata, setelah memuji dan berterima kasih kepada Allah SWT, "Wahai orang-orang! Telah datang kepada saya kata-kata yang menyebut beberapa dari Anda marah karena saya menunjuk Usamah bin Zayd. Saya bersumpah demi Allah tentu saja Anda yang menaati Usamah sama seperti kepatuhan kepada saya, dan sama seperti menaati ayahnya sebelum dia."

Usamah lulus pada 673 masehi di Al-Madinah selama pemerintahan Mu'awiyah bin Abi Sufyan.

Sa'ad Al-Aswad

Salah satu sahabat kulit hitam Nabi SAW adalah Sa'ad Al-Aswad As-Sulami. Sa'ad berasal dari Ansar dan mengalami diskriminasi di Al-Madinah.

Dia pernah bertanya kepada Nabi apakah dia bisa masuk ke Jannah karena posisinya yang rendah di kalangan umat Islam. Sa'ad kemudian mati syahid dalam pertempuran.  Diriwayatkan Rasullah SAW menangisinya sambil memegangnya di pangkuannya.

Baca juga: Nabi Muhammad, Sosok Antirasialis Pertama dalam Sejarah

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement