Senin 15 Jun 2020 10:43 WIB

Kiat dari Musa Widyatmojo Bagi Pelaku Industri Fashion

Sejumlah industri terpukul akibat pandemi Covid-19, tak terkecuali industri fesyen.

Sejumlah industri terpukul akibat pandemi Covid-19, tak terkecuali industri fashion (Foto: ilustrasi fashion show)
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah industri terpukul akibat pandemi Covid-19, tak terkecuali industri fashion (Foto: ilustrasi fashion show)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak sektor dan industri yang terpukul akibat pandemi Covid-19, tak terkecuali industri fesyen. Beberapa rumah mode hingga gerai retail fast fashion pun harus mengeluarkan keputusan berat demi dapat bertahan dalam situasi ini.

Zara, misalnya. Dikutip dari Reuters, Senin (15/6), kerugian yang menimpa Zara pada kuartal pertama 2020 ini memaksa mereka untuk menutup hingga 1.200 tokonya pada tahun 2020 dan 2021.

Baca Juga

Meski demikian, bukan berarti tak ada jalan keluar untuk industri mode. Menurut desainer perancang busana, Musa Widyatmojo, pada siaran Instagram live, Ahad (14/6), terdapat sejumlah kiat yang sekiranya dapat dilakukan pelaku di industri fesyen di tengah pandemi dan menjelang kenormalan baru.

Berikut ulasannya.

 

Cerdas berinvestasi

Hal pertama adalah berhati-hati dengan investasi. Menurut Musa, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk berinvestasi guna membangun citra merek (brand).

"Hati-hati dengan investasi. Kalau masih punya dana, jangan investasi untuk membangun brand karena saya rasa ini bukan saat yang tepat. Lebih ke bagaimana kita menciptakan produk baru berdasarkan pengamatan kita dengan apa yang terjadi saat ini," kata dia.

Adaptif dan kreatif

Kedua adalah bagaimana pelaku industri fesyen mampu beradaptasi, kreatif, kemudian melihat peluang di tengah kondisi pandemi.

"Mempelajari kebutuhan masyarakat yang WFH, misalnya. Mereka fokus virtual (konferensi video). Jadi, kita bisa memperhatikan bahwa bagian pinggang ke atas yang lebih penting. Produk juga lebih ke sustainable. Ke depannya ini menjadi penting recycle, reuse, resources, earthy. Orang akan memilih produk dengan value dan kualitas yang bagus agar lama dipakai," kata Musa.

Brand as reason

Terakhir adalah menanamkan pola pikir bahwa branding (citra produk) bukan lagi tentang cerita, melainkan alasan. "Kalau sekarang, branding bukan tentang story lagi, tapi reason. Harus ada alasan kenapa produk brand kita harus dibeli, menyusul di kondisi sekarang ini, di mana uang untuk luxury bisa menjadi pertimbangan," kata desainer tersebut

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement