Jumat 12 Jun 2020 19:49 WIB

Santri Mulai Berdatangan ke Pesantren di Tasikmalaya

Pesantren dari luar Tasikmalaya dijemput dengan bus khusus guna mengurangi risiko

Rep: bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Para santri dari luar daerah diperiksa oleh Satgas Covid-19 saat datang kembali ke Pesantren Idrisiyyah di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (12/6).
Foto: Bayu Adji P
Para santri dari luar daerah diperiksa oleh Satgas Covid-19 saat datang kembali ke Pesantren Idrisiyyah di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Sejumlah-santri yang berasal dari luar daerah mulai kembali ke pesantren di Kabupaten Tasikmalaya pada Jumat (12/6). Rombongan santri Pesantren Idrisiyyah dari Bandung, Subang, Bogor, dan Serang, mulai berdatangan. Mereka datang  dijemput sejumlah bus yang disediakan oleh pihak pesantren.

Ketika Republika berkunjung ke pesantren yang berlokasi di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, itu sekira 30 santri yang berasal dari Subang baru tiba. Setelah turun dari bus, santri lainnya yang bertugas menjadi satgas Covid-19 memberikan hand sanitizer kepada santri yang baru datang. Kemudian, para santri itu disuruh untuk berwudhu, untuk selanjutnya berkumpul di pos pemeriksaan yang telah disediakan. 

Terdapat dua pos pemeriksaan yang didirikan di lingkungan Pesantren Idrisiyyah. Satu khsusu untuk santri perempuan dan satunya untuk santri laki-laki. Di pos itu, para santri dicek suhu tubuhnya dan didata oleh satgas Covid-19. Setelah itu, para santri diarahkan untuk menuju ruangan masing-masing.

Kepala Divisi Pendidikan Menengah Pesantren Idrisiyyah, ustaz Cecep Hidayatullah mengatakan, terdapat sekira 900 santri lama yang kembali ke pesantren. Sebagian berasal dari sekitar Tasikmalaya dam sebagian lainnya berasal dari luar daerah, seperti Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Sumatra

Pengembalian santri ke Pesantren Idrisiyyah dibagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama dikhususkan untuk santri yang berasal dari sekitar Tasikmalaya pada Rabu (10/6). Gelombang kedua khusus untuk santri dari sekitar wilayah Jawa Barat (Jabar) pada Jumat. Gelombang terakhir akan kembali pada Sabtu (13/6), khusus untuk santri yang berasal dari Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, dan Sumatra.

Cecep mengatakan, pihak pesantren sengaja memfasilitasi kembalinya para santri, terutama dari luar Tasikmalaya, dengan menjemputnya menggunakan bus. Hal itu untuk memudahkan santri kembali ke pesantren dan mengurangi risiko tertular Covid-19 selama dalam perjalanan.

Menurut dia, penjemputan untuk santri dari Jabar dan sekitarnya dilakukan di titik-titik tertentu di daerah asal santri. Namun, ada juga santri yang dijemput langsung ke rumahnya. Sementara santri yang berasal dari Sumatra, penjemputan akan dilakukan di Rajabasa, Lampung.

Sedangkan santri dari Jawa Tengah dan Jawa Timur umumnya diantar  keluarga, sebab jumlahnya tak terlalu banyak. "Tapi ada juga santri yang tetap bertahan di pesantren, terutama yang dari Kalimantan dan wilayah luar pulau lain. Sebab mereka juga tidak bisa pulang kemarin karena sulitnya transportasi umum," kata dia kepada Republika.

Cecep mengatakan, pihaknya semaksimal mungkin menerapkan protokol kesehatan yang disyaratkan oleh Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Tasikmalaya terkait kembalinya santri ke pondok pesantren. Menurut dia, sejak dua pekan lalu pihaknya telah mengingatkan orang tua agar menjaga kesehatan santri dan menyuruh mereka tetap berdiam diri di rumah. Santri yang akan kembali juga diminta memeriksa kesehatan ke puskesmas di lingkungannya masing-masing."Kalau ada yang mau berangkat tapi sakit, kita sarankan tidak berangkat. Ahlamdulillah sejauh ini semua sehat," kata dia.

Ketika tiba, para santri akan langsung diperiksa suhu tubuhnya. Ketika ada santri yang suhunya di atas 37 derajat celsius, satgas Covid-19 pesantren akan langsung mengambil tindakan dengan membawa santri ke ruang isolasi di pesantren. Satgas kemudian akan berkoordinasi dengan Puskemas Cisayong untuk memeriksa kondisi santri. Jika ada tanda-tanda gejala, akan dilakukan uji cepat (rapid test) Covid-19 kepada santri yang bersangkutan.

Sementara jika suhu tubuhnya normal, santri akan langsung dibawa ke ruangan masing-masing. Namun, ruangan yang disiapkan untuk para santri telah didasarkan menurut zonasi masing-masing. Artinya, santri yang berasal dari zona merah akan disatukan dengan santri lain yang juga berasal dari zona merah.

Pembagian ruangan yang didasarkan zona masing-masing daerah asal santri itu dilakukan hingga 14 hari ke depan. Hal itu dimaksudkan sebagai proses karantina untuk santri yang baru kembali.

Kendati demikian, selama proses karantina itu, para santri akan tetap berkegiatan seperti biasa. Sebab, jika proses karantina dilakukan tanpa ada kegiatan, dikhawatirkan santri akan bosan dan membuat imun tubuhnya menurun."Kita juga sudah menyiagakan satgas Covid-19 mandiri yang mengawasi penerapan protokol kesehatan. Lalu di ruangan pendidikan akan disiapkan hand sanitizer. Lalu setiap keluar masuk ruangan akan dicek suhunya," kata ustaz Cecep.

Ia menyebutkan, perlakuan yang sama juga akan dilakukan kepada santri yang baru masuk ke Pesantren Idrisiyyah. Namun, proses penerimaan santri baru di pesantren itu baru akan dilakukan pada awal Juli. Ditargetkan, ada 500 santri baru yang akan masuk ke Pesantren Idrisiyyah.

Salah seorang santri yang baru kembali ke pesantren itu, M Reza Ridwan (16 tahun) mengaku antusias untuk segera menimba ilmu lagi. Sebab, selama di rumah tak banyak kegiatan yang dilakukannya.

Persiapannya kembali ke pesantren telah matang. Segala perlengkapan pribadi, mulai dari pakaian, alat shalat, dan lainnya, ia bawa. Tak pula ketinggalan persediaan masker, hand sanitizer, dan surat keterangan sehat dari puskesmas.

Reza mengatakan, tak ada kekhawatiran untuk kembali ke pesantren dan kembali bertemu santri-santri lainnya. Justru, ia lebih khawatir menjadi pembawa virus corona dan menularkan teman-temannya. "Soalnya beberapa kecamatan di Subang itu zona merah. Jadi takut bawa virus. Tapi saya sudah dicek kesehatannya, alhamdulillah aman," kata santri asal Subang itu.

Keberangkatan Reza juga telah direstui oleh orang tuanya. Sebab, menurut dia, orang tuanya merasa lebih aman jika dirinya berada di pesantren, daripada di rumah. "Katanya kalau di pesantren lebih jelas. Yang masuk juga diperiksa semua," kata dia. 

Salah seorang santri asal Subang lainnya, Refialdi (17) mengaku sempat kahawatir untuk kembali ke pesantren. Apalagi, tak sedikit santri Pesantren Idrisiyyah yang berasal dari Jabodetabek."Kalau ada orang yang bawa (virus), tahu-tahu semua kena kan bahaya. Tapi Insya Allah kalau jaga jarak tak bisa kena," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement