Jumat 12 Jun 2020 18:33 WIB

Masih Ada Waktu Puasa Syawal, Ini Lima Faedahnya

Melakukan puasa Syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan.

Ustaz Wahyudi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Ustaz Wahyudi

Oleh Ustaz Wahyudi (S2 Syariah Institut Ilmu Al-Qur'an Jakarta, Aktif mengajar tahsin & tahfizh Alqur'an)

REPUBLIKA.CO.ID,  Meski tidak lama lagi berakhir, kita masih berada  di bulan Syawal. Belum terlambat untuk menjalankan enam hari puasa pada bulan ini. Apa saja manfa’at atau faedah melaksanakan puasa Syawal tersebut ? 

  1. Faedah  Pertama

Puasa syawal akan menggenapkan pahala berpuasa setahun penuh, Nabi Muhammad         bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari dibulan syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh ”. (HR.Muslim).

Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh) sama dengan ( berpuasa) selama sepuluh bulan ( 30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari dibulan syawal sama dengan ( berpuasa) selama dua bulan ( 6 x 10 = 60 hari) = 2 bulan). Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh dibulan Ramadhan , maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi Muhammad   

مَنْصَامَسِتَّةَأَيَّامٍبَعْدَالْفِطْرِكَانَتَمَامَالسَّنَةِ(مَنْجَاءَبِالْحَسَنَةِفَلَهُعَشْرُأَمْثَالِه

Barangsiapa berpuasa enam hari setelah idul fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. ( barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal ).” (HR. Ibnu Majah).

Para ulama mengatakan, berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh lamanya) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 10 bulan) dan puasa enam hari dibulan syawal sama dengan  (berpuasa) selama dua bulan (60 x 10 = 60 hari = 2 bulan). Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh dibulan Ramadhan, maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini diperkuat oleh sabda Rasulallah

“ barangsiapa berpuasa enam hari setelah idul fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. (Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal).” Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal, ini merupakan nikmat dan anugerah Allah yang luar biasa bagi umat Islam.

Cara Melaksanakan Puasa Syawal : 

Puasanya dilakukan selama enam hari

  1. Lebih utama dilaksanakan sehari setelah Idul Fitri, namun tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih dibulan Syawal.
  2. Lebih utama dilakukan secara beruntun/berurutan  namun tidak mengapa jika dilakukan tidak beruntun / berurutan harinya.
  3. Usahakan untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh. Dan meski diingat bahwa puasa Syawal adalah puasa sunnah sedangkan qodho’ Ramadhan adalah wajib. Sudah semestinya ibadah yang sifatnya wajib didahulukan dari ibadah yang sifatnya sunnah.

 

2. Faedah kedua

Puasa syawal seperti halnya shalat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib.

Yang dimaksud dalam hal ini bahwa puasa syawal akan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada puasa wajib dibulan Ramadhan sebagaimana shalat sunnah rawatib yang menyempurnakan ibadah wajib. Amalan sunnah seperti puasa Syawal nantinya akan menyempurnakan puasa Ramadhan yang seringkali ada kekurangannya. Hal inilah yang dialami oleh setiap orang yang berpuasa Ramadhan, pasti ada kekurangan yang meski disempurnakan.

3. Faedah ketiga

Melakukan puasa Syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Jika Allah menerima amalan seorang hamba, maka Dia akan menunjukkan atau menuntun untuk melakukan amalan shalih lainnya, diantaranya puasa Syawal. Hal ini seperti perkataan sebagian salaf:

مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا

Diantara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan diantara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya “.

Ibnu Rajab menjelaskan hal diatas dengan perkataan salaf lainnya, “ Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka hal itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan kemudian dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”

Renungkanlahbagaimana lagi jika seseorang hanya rajin shalat dibulan Ramadhan, namun paska Ramadhan shalatnya dilalaikan, apakah amalan orang seperti ini diterima amalnya ?

Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts ‘Ijmiyyah Wal Ifta’ (komisi fatwa Saudi Arabia) mengatakan, “ adapun orang yang melaksanakan puasa Ramadhan dan mengerjakan shalat hanya dibulan Ramadhan saja, maka orang seperti ini berarti telah melecehkan agama Allah. (sebagian salaf mengatakan), “ sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah  (rajin ibadah) hanya dibulan Ramadhan saja ”. Oleh karena itu, tidak sah puasa seseorang yang tidak melaksanakan shalat diluar bulan Ramadhan. Bahkan orang seperti ini (yang meninggalkan shalat) dinilai kafir dan telah melakukan kufur akbar, meskipun orang ini tidak menentang kewajiban shalat.

4.Faedah keempat  

Melaksanakan puasa Syawal adalah sebagai bentuk syukur pada Allah. Nikmat apakah yang disyukuri ? adalah nikmat ampunan dosa yang begitu banyak dibulan Ramadhan. Bukankah kita telah mengetahui bahwa melalui amalan puasa dan shalat malam selama sebulan penuh adalah sebab adatangnya ampunan Allah, begitu pula dengan amalan menghidupkan malam Lailatul qadr diakhit-akhir bulan Ramadhan ?

Ibnu Rajab mengatakan, “ tidak ada nikmat yang lebih besar dari pengampunan dosa yang Allah anugerahkan “. Sampai-sampai Nabi Muhammad   pun yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang  banyak melakukan shalat malam. Ini beliau lakukan dalam rangka bersyukur atas nikmat pengampunan dosa yang Allah berikan. Ketika Nabi    ditanya oleh istri tercinta beliau yakni Aisyah radhiyallahu’anha mengenai shalat malam yang banyak beliau lakukan, beliau Nabi   mengatakan, أَفَلاَأُحِبُّأَنْأَكُونَعَبْدًاشَكُورًا 

Tidakkah aku senang menjadi hamba yang bersyukur ? “.

Begitu pula diantara bentuk syukur karena banyaknya ampunan dibula Ramadhan, dipenghujung Ramadhan ( hari Idul Fitri ), kita dianjurkan untuk banyak berdzikir dengan mengagungkan Allah melalui bacaan takbir “ allahu Akbar”. Ini jiga diantara bentuk syukur sebagaimana Allah Ta’ala befirman,

وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ 

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur ”. (QS Al Baqarah: 185).

5.Faedah kelima

Melaksanakan puasa Syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinu dan bukan musiman saja. Amalan yang seseorang lakukan dibula Ramadhan tidaklah berhenti setelah Ramadhan itu berakhir. Amalan tersebut seharusnya berlangsung terus menerus selama seorang hamba masih diberi kesempatana bernafas dalam kehidupan. 

Sebagian manusia begitu bergembira dengan berakhirnya bulan Ramadhan karena mereka merasa berat ketika berpuasa dan merasa bosan menjalaninya. Barangsiapa yang memiliki perasaan semacam ini, maka dia terlihat tidak akan bersegera melaksanakan puasa lagi setelah Ramadhan karena kejenuhan yang ia alami. Jadi, jika seseorang segera melaksanakan puasa setelah hari raya Idul fitri, maka hal itu merupakan tanda bahwa ia begitu semangat untuk melaksanakan puasa, tidak merasa berat dan tidak merasa bosan.

Ada sebagian orang yang hanya rajin ibadah dan shalat malam dibulan Ramadhan saja, kemudian dikatakan kepada mereka,

بئسالقوملايعرفونللهحقاإلافيشهررمضانإنالصالحالذييتعبدويجتهدالسنةكلها

sejelek – jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah dibulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang shalih adalah orang yang rajin ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun”. Ibadah bukan hanya dibulan Ramadhan, rajab atau Sya’ban saja.‘Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengenai amalan Rasulallah     , “ apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal ? “ ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab,

لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً

Beliau tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu ( berkelanjutan “.

Amalan seorang mukminbarulah berakhir ketika ajal menjemput. Imam Hasan Al Basri mengatakan, “ sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan ajal (waktu akhir) untuk amalan seorang mukmin selain kematian.” Kemudian Al Basri membaca firman Allah,  وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ 

Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal) .” (Qs. Al Hirj: 99).

Ibnu abbas, Mujadid dan mayoritas ulama mengatakan bahwa “ al yaqin ” adalah kematian. Sebagai penutup, perhatikanlah perkataan Ibnu Rajab berikut, “ Barangsiapa melakukan dan menyelesaikan suatu ketaatan, maka diantara tanda diterimanyaamalah tersebut adalah dimudahkan untuk melakukan amalan ketaatan lainnya. Dan diantara tanda tertolaknya suatu amalan adalah melakukan kemaksiatan setelah melakukan amalan ketaatan.

Semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada kita untuk istiqomah dalam ketaatan hingga maut menjemput. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah, semoga Allah menerima amalan ibadah kita ketika dibulan Ramadhan dan memudahkan kita untuk menyempurnakan dengan puasa dibulan Syawal.aamiin ya Robbal alamin. Wallahu a’lam 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement