Jumat 12 Jun 2020 15:06 WIB

Erick Minta PLN tak Abaikan Servis Pelanggan Meski Monopoli

Erick mendorong PLN melakukan inovasi pada sisi distribusi hingga procurement.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri BUMN Erick Thohir meminta PLN meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.
Foto: Kementerian BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir meminta PLN meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) tidak mengabaikan aspek servis kepada publik dalam sektor kelistrikan. Erick menilai aspek transparansi dan akuntabilitas sangat penting dimiliki PLN sebagai penyedia jasa kelistrikan satu-satunya di Tanah Air.

Erick mengaku, sengaja mengubah struktur organisasi PLN dengan menempatkan satu posisi baru yakni direktur pemasaran agar mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. "Kita tidak mau mentang-mentang PLN monopoli (listrik), apa yang sekarang menjadi servisnya tidak diprioritaskan jangan gara-gara karena monopoli. Servis ke pelanggan mesti terus ditingkatkan," ujar Erick saat konferensi digital di Jakarta, Jumat (12/6).

Baca Juga

Erick juga menyinggung isu yang sedang ramai dibicarakan mengenai melonjaknya tagihan listrik masyarakat. Erick menegaskan, tidak ada kenaikan tarif listrik. Kata Erick, lonjakan tagihan listrik lantaran penagihan beberapa bulan dilakukan dalam satu waktu sehingga angkanya tampak membesar lantaran adanya pandemi Covid-19.

"Yang tadinya bulanan karena kemarin ada Covid, tidak tertagihkan, baru tertagihkan pada bulan yang bisa ditagihkan, padahal itu tagihan berapa bulan jadi satu. Memang kita kita biasa kalau tidak ditagih lupa, pas ditagih marah padahal kita tidak lihat breakdownnya," lanjut Erick.

Erick menilai apa yang dilakukan PLN sudah tepat dengan mengumumkan skema pembayaran tagihan listrik yang bisa dilakukan dengan cara mencicil. Kendati begitu, Erick meminta PLN terus meningkat kinerja dan pelayanan terhadap masyarakat dengan melakukan sejumlah inovasi. Erick mendorong PLN melakukan inovasi pada sisi distribusi hingga procurement.

"Itu juga akan kita lakukan karena kita tidak mau capex PLN sampai Rp 100 triliun, saya nggak mau, saya minta cut 30 sampai 40 persen," kata Erick.

Erick menilai capital expenditure (capex) atau pengeluaran modal harus sesuai dengan kebutuhan dan rantai pasok, bukan justru sebagai ajang proyek semata. "Kadang-kadang capex jadi proyek, kita tidak mau apalagi kalau tidak jelas supply chain dan kebutuhannya. Ini salah satu capex PLN yang sedang kita tinjau, mudah-mudahan tidak main proyek, kalau main proyek ya nanti ketemu batunya," ungkap Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement