Jumat 12 Jun 2020 01:03 WIB

Butuh Darah Biru Kepiting untuk Uji Keamanan Vaksin Covid-19

Permintaan darah kepiting tapal kuda meningkat untuk penelitian vaksin Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Kepiting tapal kuda (horseshoe crab) populasinya sedang menurun di Amerika Utara. Darah biru kepiting ini berperan dalam penelitian vaksin Covid-19.
Foto: EPA
Kepiting tapal kuda (horseshoe crab) populasinya sedang menurun di Amerika Utara. Darah biru kepiting ini berperan dalam penelitian vaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Darah biru unik dari kepiting tapal kuda digunakan dalam proses vital yang memeriksa apakah obat-obatan intravena, seperti vaksin, memiliki kontaminan anti-bakteri untuk memastikan keamanannya bagi manusia. Dengan banyaknya perusahaan farmasi yang terus menguji vaksin virus corona jenis baru (Covid-19) dengan cepat, permintaan darah hewan tersebut semakin meningkat.

Darah biru kepiting tersebut telah digunakan dalam industri farmakologis selama hampir 50 tahun. Menurut sebuah studi tentang makhluk purba, darah hewan ini mengandung amebosi, sel bergerak yang bertahan melawan patogen dan sangat rentan terhadap endotoksin.

Baca Juga

Ini merupakan bagian dari bakteri yang dapat menyebabkan syok toksik atau menyebabkan demam parah. Ekstrak dari darah itu disebut limulus amebocyte lysate (LAL). Ketika ditambahkan ke obat, ia akan mengentalkan larutan yang terkontaminasi dengan bakteri. Jika tidak, obat akan melanjutkan aliran normalnya melalui proses.

Tapi bagaimana dengan kepiting? Praktek pemanenan dan penggunaan darah kepiting telah diperebutkan di industri oleh para konservasionis, terutama karena tes alternatif dikembangkan 15 tahun yang lalu yang disebut Recombinant Factor C (rFC). Ini setara sintetis yang ditanam di laboratorium.

Meskipun diterima sebagai alternatif yang layak di Eropa, laboratorium harus melompat melalui lingkaran tambahan di AS jika mereka menggunakan rFC alih-alih LAL menurut organisasi konservasi satwa liar, Revive & Restore yang berfokus pada bioteknologi.

Awalnya, US Pharmacopeia - yang memiliki pengaruh di seluruh dunia telah berupaya menempatkan rFC dan LAL pada kedudukan yang sama untuk persetujuan obat-obatan, tetapi mundur pada akhir Mei, membatalkan proses dan menjadikan rFC piagam terpisah untuk LAL, membuatnya lebih sulit bagi perusahaan untuk menggunakan alternatif.

The New York Times melaporkan bahwa meski ada lonjakan permintaan, perusahaan yang membuat LAL mengatakan bahwa pasokan darah kepiting masih memadai untuk menangani peningkatan untuk saat ini. Sangat sedikit dari darah kepiting tapal kuda diperlukan untuk melakukan tes, yang digunakan beberapa kali selama proses pembuatan obat.

Revive & Restore bersama organisasi lain, meluncurkan kerja sama terbaru pada awal Juni, yaitu Koalisi Pemulihan Horseshoe Crab yang bertujuan untuk menerapkan praktok terbaik untuk pendarahan kepiting tapal kuda dan mempromosikan penggunaan rFC. Populasi kepiting tapal kuda di Amerika Utara sedang menurun dan jumlah mereka yang lebih kecil memiliki efek knock-on pada burung di pantai yang bergantung pada telur kepiting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement