Jumat 12 Jun 2020 01:32 WIB

Tradisi Pernikahan di Albania yang Tertunda Akibat Covid-19

Bagi warga Albania, pernikahan dengan perayaan mewah adalah tradisi.

Salah satu sudut kota di Albania
Foto: albanian.co
Salah satu sudut kota di Albania

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas

Elona Demollari, seorang perempuan asal Albania mengaku tidak tahu kapan hari pernikahannya dapat diselenggarakan. Ia telah merencanakan jauh-jauh hari tentang salah satu momen bersejarah dalam hidupnya, hingga tiba-tiba pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) melanda.

Baca Juga

Di Albania, sebuah pernikahan biasaya dirayakan dengan meriah. Secara tradisional, kebiasaan masyarakat setempat saat menggelar acara ini adalah dengan mengundang ratusan tamu dan membuat sebuah pesta mewah.

Orang-orang dalam acara itu akan dapat menari sepanjang malam bersama keluarga pengantin untuk merayakan momen bahagia bersama-sama. Namun, pandemi Covid-19 membuat ribuan pasangan di Albania nampaknya tidak bisa menggelar pernikahan impian seperti itu.

Aturan pembatasan yang ditetapkan untuk mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru belum memungkinkan pertemuan orang-orang dalam jumlah besar dilakukan. Demollari mengatakan, ia adalah satu satu yang menginginkan sebuah pesta pernikahan meriah, dengan banyaknya tamu undangan dan keriuhan.

Bagaimanapun, Demollari ingin mengundang lebih dari 300 tamu saat pernikahannya dilangsungkan. Ia tak punya pilihan selain menunggu, karena saat ini sang calon suami juga masih harus berada di Italia, salah satu negara di Eropa dengan kasus Covid-19 tertinggi.

Karena itu, Demollari mengatakan, tengah melakukan persiapan-persiapan, memanfaatkan pembukaan kembali sejumlah bisnis di Albania. Ia mengunjungi butik gaun pengantin Geraldina Sposa di Tirana yang sudah dibuka pasca sempat ditutup selama aturan pembatasan diberlakukan.

"Meski pandemi, saya belum menyerah. Ini tantangan," ujar Demollari, dilansir Digital Journal, Kamis (11/6).

Membahas pesta pernikahan yang mewah di Albania, banyak orang di negara itu yang sebenarnya menghabiskan uang di luar kemampuan mereka untuk menyelenggarakan acara sekali seumur hidup tersebut. Bahkan, seringkali perayaan yang meriah dapat berlangsung berhari-hari, menghabiskan dana hingga puluhan ribu euro.

"Ini adalah tradisi di masyarakat Albania. Kami menghabiskan uang di luar kemampuan kami untuk hari pernikahan. Kami ingin terlihat baik bahkan jika kami tidak mampu membelinya," jelas Marcela Lati, yang mengelola butik gaun pengantin Geraldina Sposa di Tirana.

Rata-rata, gaji para pekerja di Albania, salah satu negara termiskin di Eropa adalah sekitar 400 euro atau 450 dolar AS per bulan. Dalam kehidupan masyarakat di sana, yang sangat berorientasi keluarga, pernikahan adalah institusi yang sangat penting karena melanggengkan ikatan.

Seorang antropolog bernama Aferdita Onuzi mengatakan, pernikahan juga menjadi masalah kerhormatan bagi orang tua masing-masing kesehatan. Bahkan, di saat seperti ini banyak yang tetap mempersiapkan kemewahan pesta mereka, tak peduli apakah risiko penularan virus yang masih mengintai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement