Rabu 10 Jun 2020 05:31 WIB

Selamanya Bersama Ramadhan

Buah Ramadhan terlihat dalam wujud amal saleh kita setelah Idul Fitri.

Ramadhan
Foto: ist
Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana

Tujuan akhir Ramadhan, khususnya ibadah puasa,  adalah agar orang-orang beriman menjadi orang-orang yang bertakwa   (QS Al-Baqarah: 183).

Takwa itu adalah sebuah proses yang perlu terus-menerus kita latih dan tekuni setiap hari. Buah ibadah puasa khususnya maupun seluruh rangkaian ibadah Ramadhan  pada umumnya justru akan terlihat setelah Ramadhan itu pergi.

Karena itu, selayaknya setelah Idul Fitri tiba hingga  Ramadhan tahun berikutnya, orang yang beriman terus menjaga dan meningkatkan amaliah Ramadhan.

Pertama, menjaga shalat farhdu yang lima  waktu di awal waktu dan  sedapat mungkin berjamaah.   “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan (oleh Malaikat). (QS Al Isra: 78) Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini merupakan perintah untuk menjaga shalat fardhu yang lima waktu.

Kedua, menjaga shalat-shalat sunnah, baik shalat sunnah rawatib (sebelum dan sesudah shalat fardhu), shalat Dhuha maupun shalat Tahajud. “Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabbmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (QS al-Israa’: 79).

Ketiga, merutinkan tadabur Quran. Tak hanya sekadar membaca Alquran, melainkan juga membaca artinya, bahkan tafsirnya.

Keempat, merutinkan puasa sunnah. Masih ada waktu sekitar dua minggu untuk melakukan puasa Syawal. Kata Nabi, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)

Kemudian puasa Senin-Kamis dan puasa Ayyamul Bidh (tiap tanggal 13, 14 dan 15 bulan Hijrah). “Rasulullah SAW biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR Nasai dan Ibnu Majah)  “Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari)

Kelima, merutinkan sedekah. Baik saat lapang maupun sempit rezeki.  “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.” (QS Ath-Thalaq: 7) 

Keenam, menjaga kebersihan hati dari segala sifat yang  buruk, seperti iri hati, dengki, sombong, ujub, riya, bakhil, pemarah,  pemalas dan  suka membicarakan orang lain. 

Ketujuh, Ramadhan mengajarkan kepada kaum Mukminin untuk menjadi orant-orang yang produktif. Puasa bukan halangan untuk melakukan aktivitas dan meraih produktivitas terbaik. Sejumlah peperangan di zaman Rasulullah berlangsung pada bulan Ramadhan. 

Ramadhan menyapa kita hanya selama satu bulan dalam setahun. Namun, semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang selamanya bersama   Ramadhan. Sepanjang tahun. Hingga akhir hayat kita. Aamiin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement