Selasa 09 Jun 2020 12:29 WIB

Perjuangan 8 Jam Pasien Covid-19 India untuk Dapat Perawatan

Untuk mendapatkan tempat tidur RS bagi pasien Covid-19 di India lama dan sulit.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Pasien corona Covid-19 (Ilustrasi).
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
Pasien corona Covid-19 (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Somnath Kumar, seorang karyawan di Dewan Kota New Delhi, India menjadi salah satu orang yang harus berjuang keras untuk bertahan hidup setelah terinfeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Kisahnya cukup dramatis untuk mendapatkan perawatan medis yang diperlukan. 

Pada 1 Juni lalu, Kumar dibawa ke Rumah Sakit Safdarjung, setelah beberapa hari sebelumnya merasa tidak sehat. Namun, saat itu, ia hanya diberikan oksigen untuk membantu pernapasannya yang sesak dan diminta pulang ke rumah pada 2 Juni. Tak ada pemeriksaan Covid-19 yang dilakukan terhadapnya. 

Baca Juga

"Mereka hanya bertanya apakah ayah saya baik-baik saja dan menyuruhnya pulang," ujar putra dari Kumar, Vipin dalam sebuah wawancara dikutip Dawn, Senin (8/6). 

Kondisi Kumar kemudian kembali memburuk. Pada 3 Juni, napasnya mulai terengah-engah lagi. Keluarganya kemudian mencari pertolongan dengan membawanya ke Primus Super Speciality Hospital di Chanakyapuri di mana dia diminta untuk kembali keesokan paginya.

Rumah sakit kemudian menguji Covid-19 pada Kumar dan menempatkannya di bangsal isolasi. Pada 5 Juni, Vipin diberitahu bahwa sang ayah positif terinfeksi virus corona jenis baru dan harus membawanya ke fasilitas medis lain yang menjadi rujukan menangani penyakit ini.

Tetapi perburuan tempat tidur rumah sakit akan lama dan sulit. Dengan kasus Covid-19 yang melonjak di Ibu Kota New Delhi, India, beberapa pasien yang mengalami gejala penyakit atau terbukti positif terinfeksi virus dilaporkan harus berjuang mendapatkan tempat perawatan. 

Kerabat beberapa pasien mengatakan bahwa pejabat di rumah sakit umum dan swasta mengatakan kepada mereka bahwa semua tempat tidur mereka terisi. Banyak dari mereka mengklaim bahwa saluran bantuan pemerintah untuk memberi tahu pasien tentang tempat tidur yang kosong tidak responsif. 

Sementara status ketersediaan tempat tidur rumah sakit yang diberitahukan melalui aplikasi pemerintah disebut kerap memberi informasi tidak sesuai. Beberapa rumah sakit swasta bahkan disebut terlibat dalam pemasaran tempat tidur secara ilegal dan mengatakan bahwa pasien yang dicurigai menderita virus corona tidak dapat ditolak. 

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada 5 Juni, Menteri Kesehatan Delhi Satyendar Jain mengatakan bahwa tidak ada kekurangan tempat tidur di rumah sakit. Dia mengklaim bahwa 5.000 tempat tidur kosong yang tersedia di fasilitas medis tersebut.

Namun, bagi pasien Covid-19 seperti Kumar, pengalaman menemukan tempat tidur rumah sakit untuk penyakit infeksi ini menjadi mimpi buruk. Vipin mengatakan ia sempat menghubungi pihak berwenang di Max Saket yang dikelola secara pribadi, Medcity Moolchand, Rumah Sakit Venkateshwar dan Rumah Sakit Dr Ram Manohar Lohia yang dikelola pemerintah. Tetapi keempat rumah sakit mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak memiliki tempat tidur.

"Mereka mengatakan bahwa jika kita datang ke sana maka kita harus kembali," kata Vipin Kumar.

Vipin memeriksa aplikasi Delhi Corona, yang diluncurkan pemerintah New Delhi pada 2 Juni untuk menunjukkan ketersediaan tempat tidur dan ventilator di rumah sakit umum dan swasta. Di sana, terlohat bahwa tempat tidur tersedia, tetapi ketika Max Saket dan Moolchand dihubungi, pihak rumah sakit memberi tahu bahwa tempat tidur di sana penuh.

Vipin juga memutar nomor telepon bantuan 1031 berulang kali tetapi tidak ada yang mengangkat. Ia mengatakan dia kemudian menghubungi seseorang yang bekerja di pemerintah New Delhi. Pejabat ini, yang tidak ingin diidentifikasi, mengatakan kepadanya bahwa Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash Narayan memiliki tempat tidur.

Otoritas rumah sakit di Primus Super Speciality Hospital mengirim ambulans untuk membawa Kumar ke Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash di Delhi Gate sekitar pukul 2.30 pagi pada 6 Juni. Setelah proses administrasi dilakukan di rumah sakit sekitar pukul 3 pagi, Kumar masih harus menunggu di dalam ambulans dengan tabung oksigennya sampai staf rumah sakit datang membawa tandu untuk membawanya ke ruang gawat darurat.

Di dalam bangsal, para dokter mulai mengurus dokumen agar Kumar bisa dirawat. Vipin mengatakan sang ayah merasa haus dan meminta air tetapi mereka mengatakan bahwa mereka tidak memilikinya saat itu.

Staf rumah sakit memberi tahu Vipin bahwa ayahnya harus dibawa ke bangsal yang berjarak 500 meter dari ambulans. Seorang anggota staf, yang mengenakan peralatan pelindung diri, meminta Vipin Kumar agar ayahnya duduk di ambulans.

"Kami hanya mengenakan masker seadanya tapi saya harus memasukkan ayah saya ke ambulans tanpa alat pelindung diri lengkap. Mereka melakukan ini dengan setiap pasien. Staf rumah sakit bahkan tidak tahu cara menggunakan tabung oksigen dan saya terus mengatakan kepadanya bahwa itu bocor," kata Vipin.

Dengan Kumar yang berada di dalam ambulans, staf rumah sakit dan Vipin mulai pergi menuju bangsal tempat ayahnya akan dirawat. Ketika tiba jam 5.00 pagi, ia membantu sang ayah keluar dari ambulans. Staf rumah sakit mengatakan kepadanya untuk mendapatkan sepasang pakaian tambahan untuk pasien. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement