Selasa 09 Jun 2020 12:02 WIB

Bank Mandiri Klaim Likuiditas Masih Sehat

Rasio kredit atas DPK Bank Mandiri terjaga di level 95 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar
Foto: darmawan / republika
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyebut kondisi likuiditas perseroan masih cukup sehat di tengah pandemi Covid-19. Hal ini seiring dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 13,7 persen menjadi Rp 941,33 triliun pada kuartal satu 2020.

Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri Darmawan mengatakan rasio dana murah (CASA) terhadap total penghimpunan dana Bank Mandiri meningkat 64,1 persen pada kuartal satu 2020. Kemudian Loan to Deposit Ratio (LDR) perseroan terjaga pada level 95 persen.

Baca Juga

“Ini menunjukkan likuiditas Bank Mandiri masih sangat sehat,” ujarnya saat paparan virtual Bank Mandiri, Senin (8/6).

Perseroan juga mencatat Net Stable Funding Ratio (NSFR) masih tinggi berada pada level 113 persen meskipun menurun dibandingkan tahun sebelumnya 116,6 persen. Sedangkan Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada pada level 168,8 persen.

Menurutnya saat ini Bank Mandiri belum memanfaatkan fasilitas term repo Bank Indonesia meskipun sudah melakukan restrukturisasi kredit cukup besar terhadap debitur terdampak Covid-19. Per 7 Juni 2020, Bank Mandiri telah menyetujui restrukturisasi kredit terhadap debitur terdampak Covid-19 sebanyak 404 ribu dengan jumlah baki debet kredit sebesar Rp 99 triliun. 

“Dari jumlah tersebut, Rp 51,6 triliun berasal dari wholesale banking yakni korporasi dan komersial, sisanya dari ritel dan lain-lain,” jelasnya.

Darmawan merinci sebagian besar dari kredit berasal dari sektor bisnis hotel, restoran, dan akomodasi, lalu transportasi, konstruksi dan properti. Sektor ini sekitar 70 persen sampai 80 persen dari total kredit yang direstrukturisasi. Sedangkan pipeline kredit yang akan direstrukturisasi Bank Mandiri mencapai Rp 123,1 triliun, porsi segmen wholesale mencapai Rp 72,9 triliun dan segmen ritel Rp 50,2 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement