Selasa 09 Jun 2020 06:25 WIB

Warga Jabar Bisa Berwisata ke Garut tanpa Rapid Test

Sebaliknya, wisatawan dari luar Jabar harus membawa surat keterangan sehat.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Yudha Manggala P Putra
Suasana kawasan wisata Talaga Bodas, Kabupaten Garut, Rabu (5/2).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Suasana kawasan wisata Talaga Bodas, Kabupaten Garut, Rabu (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut resmi kembali membuka diri untuk wisatawan yang ingin berkunjung ke wilayahnya pada Senin (8/6). Hampir seluruh destinasi di wilayah berjuluk 'Swiss van Java' itu bisa dikunjungi wisatawan.

Kepala Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut Budi Gan Gan mengatakan, pembukaan destinasi wisata dilakukan lantaran saat ini Garut telah mulai memberlakukan adaptasi kebiasaan baru (AKB), atau fase menuju kenormalan baru (new normal). Seluruh destinasi wisata, kecuali wisata air (renang), kembali diperbolehkan beroperasi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Berdasarkan informasi, hampir semua sudah buka. Namun untuk kolam renang dan taman air juga belum bisa dibuka karena tak mungkin berenang menggunakan masker," kata dia saat dihubungi Republika, Senin (9/6) malam.

Untuk tahap awal pembukaan, Pemkab Garut hanya menerima wisatawan dari wilayah Jawa Barat (Jabar). Sementara wisatawan dari luar Jabar harus membawa surat keterangan sehat atau hasil uji cepat (rapid test) yang menyatakan negatif.

"Kalau warga Jabar tidak perlu (rapid test). Cukup datang ke destinasi dan diperiksa suhu tubuhnya, dan mematuhi seluruh protokol kesehatan," kata dia.

Tahap awal ini akan dilakukan selama dua pekan. Setelah itu, pihaknya akan melakukan evaluasi ihwal efektivitas pembukaan destinasi wisata dan kaitannya dengan penanganan Covid-19 di Garut.

Menurut Budi, meski destinasi wisata dibuka, yang paling penting keselamatan wisatawan dapat terjamin. Artinya, tak ada penularan Covid-19 di destinasi wisata.

Ihwal urgensi pembukaan destinasi wisata, ia mengatakan, hal itu dilakukan karena sudah dilakukan relaksasi PSBB. Artinya, ada kesempatan agar ekonomi bergerak, tapi tetap fokus menjaga kesehatan. "Kita juga harus dorong pertumbuhan ekonomi, tapi kesehatan harus juga dijaga," kata dia.

Budi menyebutkan, sejumlah protokol kesehatan yang harus diterapkan adalah, pertama wisatawan dan pengelola semua harus pakai masker. Kedua, pengelola dan wisatawan harus selalu cuci tangan, baik dengan sabun atau hand sanitizer. Ketiga, selalu jaga jarak. Keempat, setiap masuk lokasi selalu diperiksa suhu tubuhnya. Kelima, penyelenggara, semua wajib memperhatikan PHBS.

"Itu menjadi protokol kesehatan yang harus diperhatikan oleh seluruh pengelola wisata di Garut," kata dia.

Sebelumnya, ia mengatakan, pengelola juga sudah menyampaikan surat kesediaan mematuhi protokol kesehatan. Merujuk kepada ketentuan itu, semua harus dilakukan untuk semua penyelenggara pariwisata.

"Nanti kalau ada transmisi lokal di destinasi wisata, kita juga akan tutup destinasi itu untuk dikarantina. Karena di sana akan dikarantina," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement