Senin 08 Jun 2020 21:01 WIB

Jacinda Ardern, Contoh Sukses Pemimpin Perangi Covid-19

Selandia Baru mencabut semua pembatasan sosial mulai Senin (8/6).

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.
Foto: AP/Mark Baker
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwina Agustin, Puti Almas, Fergi Nadira, Gumanti Awaliyah, Reuters

Baca Juga

Perdana Menteri, Selandia Baru Jacinda Ardern, mengaku menari saat pertama kali mendapatkan laporan tidak ada kasus baru Covid-19 di negara itu. Tarian Jacinda kemudian disusul pencabutan semua pembatasan sosial dan ekonomi sejak Senin (8/6).

"Dia terkejut sedikit dan dia bergabung karena sama sekali tidak tahu mengapa saya menari di sekitar ruang tunggu," ujar Ardern merujuk pada anak perempuannya bernama Neve yang memergokinya menari.

Sejak Covid-19 mewabah di Selandia Baru pada akhir Februari, negara itu telah melaporkan 1.154 infeksi dan 22 kematian. Sejak itu, Ardern berjanji akan menumpas penyebaran virus dan langkah pembatasan kegiatan yang diterapkan sedini mungkin berhasil menahan laju penyebaran dan korban.

Selain itu, sudah 17 hari sejak kasus Covid-19 terbaru dilaporkan di Selandia Baru. Selama periode tersebut, sebanyak 40 ribu orang telah menjalani tes, sehingga total yang menjalani tes adalah sekitar 300 ribu orang.

"Kami yakin kami telah menghapuskan penularan virus di Selandia Baru untuk saat ini, tetapi penghapusan bukanlah suatu titik waktu, itu adalah upaya berkelanjutan," ujar Ardern.

Keputusan melepaskan pembatasan secara penuh membuat Selandia baru menjadi salah satu negara pertama di dunia yang kembali ke normalitas pra-pandemi. Acara publik dan pribadi, industri ritel dan perhotelan, serta semua angkutan umum diizinkan untuk beroperasi tanpa aturan jarak sosial yang masih dilakukan negara lain.

"Hari ini, 75 hari kemudian, kami siap," kata Ardern mengumumkan bahwa pembatasan jarak sosial akan berakhir pada tengah malam.

Ardern mengatakan, masih ada kemungkinan besar bahwa kasus Covid-19 tetap akan kembali ditemukan di Selandia Baru. Namun, itu bukan berarti negara tersebut gagal, karena saat itu terjadi, maka persiapan yang matang telah dilakukan.

Lebih banyak kasus Covid-19 yang mungkin kembali masuk saat lebih banyak orang datang ke sana. Untuk saat ini, perbatasan tetap tertutup untuk semua kecuali warga negara dan penduduk, dengan beberapa pengecualian terbatas. Setiap orang yang masuk harus masuk ke karantina.

Ardern mengumumkan bahwa Kabinet telah setuju untuk menghapus hampir semua pembatasan virus yang tersisa dari tengah malam, kecuali aturan. Ia mengatakan bahwa acara publik dapat kembali diselenggaarakan tanpa batasan, seperti pernikahan dan pemakaman.

"Ritel kembali tanpa batasan. Keramaian kembali tanpa batasan. Transportasi umum dan perjalanan di seluruh negeri sepenuhnya dibuka," jelas Ardern.

Pengumuman itu disambut dengan kegembiraan bagi seluruh warga Selandia Baru. Negara berpenduduk 5 juta orang itu kini juga menjadi yang pertama menyambut kembali aktivitas kehidupan yang normal, diantaranya dengan diizinkannya stadion olahraga dibuka, hingga acara konser musik digelar, dan tak ada lagi pembatasan tempat duduk di pesawat.

Setelah pengumuman, Ardern dengan cepat menjadi tren di Twitter. Banyak yang mengatakan mereka ingin pindah ke Selandia Baru.

"Berita seperti itu benar-benar mencerahkan harimu! Ada harapan dan ini juga akan berlaku untuk seluruh dunia," kicau salah satu akun.

Sedangkan mantan Perdana Menteri Helen Clark memuji langkah Ardern. Dia berkicau di Twitter: "Kepemimpinan yang jelas dan publik yang terlibat telah menghasilkan hasil ini."

Pemimpin negara berusia 39 tahun ini juga telah memenangkan pujian global atas kepemimpinannya selama pandemi. Popularitasnya telah melonjak dan survei terbaru menunjukkan dia berada di posisi yang tepat untuk memenangkan masa jabatan kedua dalam pemilihan September.

Para ahli kesehatan mengatakan sejumlah faktor telah membantu Selandia Baru dapat memberantas Covid-19 lebih cepat. Mulai dari lokasi yang berada cukup jaug di Pasifik Selatan, memberi waktu penting bagi pemerintah di sana melihat perkembangan penyebaran virus corona jenis baru yang mewabah di negara-negara lainnya.

Ardern juga menjadi salah satu pemimpin negara yang dengan tegas memberlakukan aturan pembatasan dengan ketat di awal kasus Covid-19 mewabah di Selandia Baru. Ketika baru terkonfirmasi kurang dari 30 kasus, negara langsung mengambil kebijakan lockdown atau karantina wilayah dengan cepat dan komprehensif.

Negara ini menutup perbatasan pada 19 Maret. Saat itu, Ardern mengumumkan bahwa hampir semua orang yang datang ke Selandia Baru harus mengasingkan diri selama 14 hari. Itu adalah salah satu langkah isolasi diri paling awal dan terberat di dunia, yang, sepekan kemudian, akan menyebabkan pembatasan total.

"Kita kerja keras dan kita akan cepat. Kami hanya memiliki 102 kasus, tetapi Italia juga pernah melakukannya," kata Ardern bulan lalu.

Tujuh hari kemudian setelah pembatasan ketat, level siaga tertinggi muncul. Keadaan ini menempatkan negara di bawah pembatasan yang sangat ketat.

Setelah lima pekan dikurung dengan ketat, toko makanan take away pertama dan beberapa bisnis tidak penting diizinkan untuk membuka. Akhirnya, infeksi baru turun hampir nol pada akhir April dan negara itu mampu mengangkat lebih banyak pembatasan.

Maju cepat ke hari ini dan virusnya sepertinya sudah hilang. Saat ini, fokus pemerintah terkait dengan perbatasan, dengan kebijakan isolasi dan karantina bagi pendatang akan berlanjut.

Sebagian yang paling awal merasakan kebijakan karantina itu adalah kru film sekuel epik sains-fiksi Avatar arahan sutradara Hollywood James Cameron telah mendarat di Selandia Baru untuk kembali melanjutkan proses syuting. Produser Avatar, Jon Landau mengunggah foto dirinya dan sutradara Cameron setelah mendarat pekan lalu di Selandia Baru.

Dia mengatakan mereka akan menjalankan isolasi mandiri selama 14 hari sesuai dengan peraturan pemerintah. Film ini menjadi salah satu film yang mulai syuting di Selandia Baru, tepat ketika virus Covid-19 mewabah sehingga produksi film sempat ditunda.

"Tentu saja, fakta bahwa kita dapat memulai lebih awal dari beberapa negara adalah luar biasa. Kami merasa sama sulitnya dengan negara lain, dalam melihat pandemi," kata Annabelle Sheehan, kepala eksekutif Komisi Film Selandia Baru, Senin (8/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement