Senin 08 Jun 2020 18:13 WIB

Israel Gratiskan Akses 2.500 Teks Langka Dunia Islam

Teks langka dunia Islam bisa diakses secara daring dan gratis.

Rep: Febryan. A/ Red: Ani Nursalikah
Israel Gratiskan Akses 2.500 Teks Langka Dunia Islam. Miniatur Alquran dari abad ke-10 yang disimpan di Perpustakaan Nasional Israel (NLI).
Foto: National Library of Israel
Israel Gratiskan Akses 2.500 Teks Langka Dunia Islam. Miniatur Alquran dari abad ke-10 yang disimpan di Perpustakaan Nasional Israel (NLI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perpustakaan Nasional Israel (NLI) mendigitalisasi 2.500 lebih manuskrip dan buku langka dari dunia Islam abad ke-9 hingga ke-20 Masehi. Teks-teks dalam bahasa Arab, Persia, dan Turki itu pun kini bisa diakses secara daring dan gratis.

Salah satu teks yang kini bisa diakses daring itu adalah miniatur Alquran dari abad ke-10 Masehi. Ukurannya hanya 37 x 68 milimeter. "Itu kecil. Itu bukan untuk belajar, tapi untuk perlindungan agama sebagai jimat," kata Raquel Ukeles, kurator koleksi Islam dan Timur Tengah NLI.

Baca Juga

Melansir The Guardian, Senin (8/6), Alquran mini itu diketahui dibawa ke medan perang oleh seorang prajurit Ottoman saat pengepungan Wina pada 1529. Namun, tak membawa keberuntungan lalu dibawa oleh tentara Austria ketika Ottoman mundur. Lalu dikembalikan ke Ottoman pada abad ke-19.

Teks lainnya yang kini bisa diakses daring adalah salinan Tuhfat al-Ahrar (Hadiah untuk Bangsawan) yang sangat indah. Karya ini dibuat oleh penyair mistik besar Persia, Nur al-Din Jami, tiga tahun setelah menyelesaikan koleksi ayat 1484 tentang tema-tema agama dan moral.

Setiap halaman Tuhfat al-Ahrar diterangi dengan daun emas alias emas dalam bentuk sangat tipis. "Sangat indah. Setiap perbatasan didekorasi dengan daun emas dan lukisan yang sangat halus. Setiap halaman berbeda. Anda akan memiliki gambar rusa, bunga, atau tanaman," kata Ukeles.

Halaman pembuka dan penutup karya Nur al-Din Jami itu menggambarkan beberapa hal seperti permainan polo, pemandangan taman, dan juga kaligrafi abad pertengahan. Ukeles mengatakan, miniatur yang sangat indah pada dua sisi karya itu merupakan penambahan kemudian, kemungkinan pada abad ke-17 atau ke-18 tetapi dalam gaya abad ke-15.

Ukeles menambahkan, naskah seperti itu terlalu halus untuk dipajang secara permanen. “Apa yang luar biasa tentang digitalisasi adalah Anda bisa melihatnya dengan sangat dekat. Hanya melalui digitalisasi kita dapat melihat detail yang unik dan khas. Bahkan dengan kaca pembesar, Anda tidak akan bisa melihatnya," ucapnya.

Sebagian besar teks yang kini bisa diakses daring itu adalah warisan Abraham Shalom Yahuda, seorang sarjana Arab-Yahudi kelahiran Yerusalem. Pria yang meninggal pada 1951 itu adalah salah satu pengumpul naskah Islam paling penting di awal abad ke-20.

Seorang juru bicara NLI mengatakan, proyek digitalisasi dan pemberian akses gratis itu tak akan terjadi tanpa bantuan dana dari lembaga bernama Arcadia yang berbasis di Inggris. Didirikan oleh Lisbet Rausing dan Peter Baldwin, Arcadia mendukung badan amal dan lembaga ilmiah untuk melestarikan warisan budaya, melindungi lingkungan, dan mempromosikan akses terbuka.

Menurut Ukeles, proyek ini adalah soal membuka akses lintas batas. Ia mengakui NLI di Israel berada di posisi yang kontroversial di mana tak mudah untuk berkomunikasi dengan negara tetangga. 

"Tetapi melalui koleksi Islam, selalu menjadi tujuan kami menciptakan ruang, apakah itu secara fisik di dalam bangunan atau secara digital di mana orang dapat berkumpul, mempelajari budaya mereka sendiri dan lainnya dan memperluas cakrawala mereka, terlepas dari apa yang terjadi di tingkat politik," ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement