Senin 08 Jun 2020 17:25 WIB

Filipina Investigasi Akun Palsu Dukung RUU Anti-Teror

Filipina sedang menyelidiki pertumbuhan akun Facebook palsu

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Filipina sedang menyelidiki pertumbuhan akun Facebook palsu. Ilustrasi.
Foto: EPA
Filipina sedang menyelidiki pertumbuhan akun Facebook palsu. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina sedang menyelidiki pertumbuhan akun Facebook palsu menggunakan identitas mahasiswa, jurnalis, dan pejabat pemerintah, Senin (8/6). Kasus ini muncul setelah protes hukum anti-teror terjadi.

Universitas Filipina pertama kali mengidentifikasi akun tersebut pada akhir pekan setelah protes di kampusnya pada Kamis (4/6). Mereka diketahui membawa nama-nama mahasiswa di antara delapan orang yang ditangkap selama demonstrasi.

Baca Juga

Belasan pengguna Facebook telah mengunggah tangkapan layar akun menggunakan nama mereka dan mendesak teman-teman untuk melaporkan penduplikatan. Sekretaris Kehakiman, Menardo Guevarra, mengatakan telah memerintahkan kantor kejahatan dunia maya dan Biro Investigasi Nasional untuk menginvestigasi keanehan tersebut.

Juru bicara Facebook Inc mengatakan perusahaan itu sedang menyelidiki laporan aktivitas mencurigakan. Perusahaan akan bertindak atas akun yang melanggar kebijakannya.

Menurut sebuah studi baru-baru ini, warga Filipina menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial daripada negara lain. Platform seperti Facebook telah menjadi medan pertempuran politik. Influencer muncul sebagai kekuatan di balik kampanye pemilihan Presiden 2016 dan mempertahankannya sejak saat itu.

Senator Oposisi, Francis Pangilinan, mengatakan dia mencurigai akun itu menargetkan orang yang menentang rancangan undang-undang (RUU) anti-teror dari Presiden Rodrigo Duterte. Juru bicara kepresidenan sebelumnya mengatakan RUU tersebut didasarkan pertimbangan penggunaannya di negara-negara yang telah menangani ekstremisme secara efektif.

Para kritikus mengatakan RUU itu bisa memberi presiden kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menargetkan mereka. "Kita hanya perlu berdiri bersama melawan kemungkinan taktik yang berusaha membungkam suara kita," kata perwakilan mahasiswa dari universitas yang didanai negara itu dalam sebuah pernyataan yang menentang akun tersebut.

Kepala Komisi Privasi Nasional, Raymund Liboro, mengatakan masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang motivasi akun tersebut. Dia mengatakan telah diberi tahu oleh Facebook bahwa perusahaan itu telah menghapus banyak akun itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement