Senin 08 Jun 2020 16:23 WIB

Ini Alasan BWF Beri Poin 'Gratis' ke Cina dan Hongkong

Keputusan ini sempat membuat beberapa negara mengajukan keberatan.

Rep: Fitriyanto/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Logo BWF. Federasi Bulu Tangkis Internasional (BWF) mengumumkan pada Senin (6/4) bahwa ajang Indonesia Open 2020 secara resmi ditunda akibat pandemi virus corona yang tak kunjung mereda.
Foto: wikipedia.org
Logo BWF. Federasi Bulu Tangkis Internasional (BWF) mengumumkan pada Senin (6/4) bahwa ajang Indonesia Open 2020 secara resmi ditunda akibat pandemi virus corona yang tak kunjung mereda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badminton World Federation (BWF) akhirnya memberikan klarifikasi atas keputusan pemberian poin bagi tim Cina dan Hong Kong dalam kejuaraan Badminton Asia Mixed Team Championships 2021 (BAMTC). Kedua tim ini diberikan poin karena tidak dapat mengikuti turnamen Badminton Asia Team Championships 2020 (BATC) di Manila, Filipina. Hal itu akibat peraturan pembatasan perjalanan yang diberlakukan pemerintah Filipina terkait wabah Covid-19. 

Keputusan ini sempat membuat beberapa negara mengajukan keberatan karena dianggap tidak fair. Poin BAMTC yang didapat Cina dan Hong Kong mencakup nomor ganda campuran. Sedangkan peserta BATC 2020 tidak mendapat poin dari nomor ganda campuran karena format pertandingan yang dimainkan adalah format Piala Thomas dan Uber yang hanya memainkan nomor tunggal putra, tunggal putri, ganda putra dan ganda putri. 

Dalam klarifikasinya, BWF menyatakan bahwa Cina dan Hong Kong akan mendapat poin dari BAMTC 2021 tetapi tidak pada nomor ganda campuran karena nomor ini tidak dimainkan pada BATC 2020. 

"Ini adalah keputusan yang fair untuk semua, memang ini yang kami inginkan yaitu kejelasan bahwa nomor ganda campuran tidak akan dihitung. Karena negara lain juga tidak dapat poin dari ganda campuran di BATC 2020," ujar Bambang Roedyanto, Kasubid Hubungan Internasional PP PBSI, Senin (8/6).

"Setahu saya selain Indonesia, tim Malaysia juga sempat mengajukan pertanyaan serupa kepada BWF. Kami hanya ingin memastikan bahwa keputusannya adil untuk semua," tambah Rudy.

Rudy mengatakan, saat ini BWF juga tengah menggodok aturan tentang jumlah turnamen wajib yang harus diikuti atlet. Wabah Covid-19 membuat banyak negara peserta mengalami keterbatasan dalam pengaturan perjalanan dan lain sebagainya, maka pengaturan ulang mandatory tournament ini dipandang sebagai hal yang cukup krusial. 

"BWF akan membuat aturan mengenai ini (jumlah turnamen wajib), tapi sampai saat ini masih belum ada informasi lagi, keputusan resmi akan diumumkan lebih lanjut oleh BWF, kita tunggu saja," tutur Rudy yang juga menjabat sebagai Chair of Event Committee Badminton Asia Confederation. 

Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan BWF, mereka yang berada di peringkat 15 besar di nomor tunggal dan peringkat 10 besar di nomor ganda, diwajibkan untuk mengikuti turnamen-turnamen berikut: 

 

• BWF World Tour Finals (level 1)

 

• Tiga dari total tiga turnamen di level 2 (BWF World Tour Super 1000)

 

• Lima dari total lima turnamen di level 3 (BWF World Tour Super 750)

 

• Empat dari total tujuh turnamen di level empat (BWF World Tour Super 500)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement