Senin 08 Jun 2020 00:52 WIB

Meski Pandemi, Dosen IPB Tetap Mengabdi untuk Masyarakat

Dosen Sekolah Vokasi IPB ajarkan budidaya ikan menggunakan terpal.

Dosen Sekolah Vokasi  IPB University  tetap mengabdi pada lingkungan terbatas di tengah pandemi Covid-19.
Foto: Dok IPB University
Dosen Sekolah Vokasi IPB University tetap mengabdi pada lingkungan terbatas di tengah pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejak diberlakukannya Work From Home (WFH) karena kebijakan partially closed down di Kampus IPB University, maka aktivitas dosen banyak dilakukan di rumah dengan tetap melakukan pengajaran secara online. Di sela-sela kegiatan mengajar online, Dr Wiyoto, dosen IPB University dari Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Sekolah Vokasi melakukan kegiatan bersama warga masyarakat dengan tetap memperhatikan protokol Covid-19. Kegiatan bersama tersebut juga diisi diskusi seputar cara budidaya ikan yang baik melalui whatsapp dan mempraktikkannya.

Kegiatan yang dilakukan bersama tiga orang warga yang berdekatan di Bukit Cimanggu City RT 05/XIV, Cibadak, Tanah Sareal, Kota Bogor tersebut berusaha memanfaatkan lahan untuk kegiatan budidaya ikan. Kegiatan budidaya ikan dimulai dari persiapan wadah produksi dengan membuat bak terpal secara mandiri. Wadah budidaya ikan berupa bak terpal disesuaikan bentuknya dan luasannya berdasarkan lahan yang ada. Bak terpal ini juga relatif murah dan mudah dalam perawatan.

Jenis ikan yang dipelihara adalah ikan nila, lele dan patin secara monokultur. Selain monokultur dapat juga dikombinasikan dengan sistem akuaponik. “Sistem akuaponik adalah kombinasi antara kegiatan akuakultur dengan hidroponik, yaitu limbah hasil metabolisme ikan maupun sisa pakan yang telah terdekomposisi dapat diserap oleh tanaman sebagai pupuk,” kata Dr Wiyoto dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Selain itu, akuaponik sudah banyak dipraktikkan oleh masyarakat umum, mudah ditiru dan diaplikasikan oleh masyarakat luas. “Sistem yang ramah lingkungan ini juga membuat warga tidak terlalu disibukkan dengan pergantian air karena kualitas air akan terjaga meskipun sedikit atau jarang dilakukan pergantian air,” ujar Wiyoto.

Kegiatan ini sangat dirasakan manfaatnya oleh warga sebagai pengisi waktu di sela-sela kegiatan di rumah, memberikan pengetahuan baru dan sebagai salah satu cara terhindar dari “cabin fever."

Menurut Tomi, warga yang terlibat secara langsung dalam kegiatan budidaya ikan nila dan patin, pemanfatan lahan untuk budidaya ikan dan sayur merupakan kegiatan yang sangat positif. Ia mengaku, sebelumnya hanya mendengar adanya budidaya model seperti ini dan sekarang dapat terjun langsung serta merasakan manfaatnya meskipun baru mencoba selama satu bulan.

Menurutnya, pertumbuhan ikan nila cukup baik dengan sintasan kurang lebih 99 persen selama satu bulan pemeliharaan. Selain memelihara ikan, Tomi bersama Tri dan Yudi juga mencoba akuaponik dengan berbagai jenis sayuran yaitu kangkung, selada, pakcoy dan sawi.

photo
Dosen Sekolah Vokasi IPB mengajarkan cara beternak ikan mengunakan terpal sebagai bentuk kegiatan pengabdian masyarakat di tengah pandemi.  (Foto: Dok IPB University)

Sistem akuaponik yang dibuat bersama beberapa warga sekitar tempat tinggal juga memanfaatkan barang bekas seperti botol plastik dan talang air yang ada di sekitar rumah maupun dengan membuat konstruksi baru. “Selain bermanfaat sebagai selingan kegiatan di masa pandemi Covid-19, kegiatan seperti ini dapat terus berjalan bukan hanya saat pandemi saja,” kata Tomi.

Kegiatan seperti di atas juga sangat diapresiasi oleh Dr Irzal Effendi selaku Ketua Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Sekolah Vokasi, IPB University. Menurutnya,  aktivitas Dr Wiyoto ini sangat strategis dan taktis dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang melanda dan memporakporandakan  berbagai sendi kehidupan, baik kesehatan, ekonomi, sosial, budaya dan politik.

“Kebijakan work from home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menuntut sebagian besar aktivitas dilakukan di rumah yang bisa menyebabkan kejenuhan dan stres, sehingga perlu aktivitas lain yang lebih produktif dan inovatif seperti yang dilakukan oleh Dr Wiyoto tersebut,” kata Irzal.

Selain itu, dia menambahkan, kegiatan ini bisa memproduksi ikan dan sayuran secara terpadu dan efisien di lingkungan warga, sehingga menjadi unsur ketahanan pangan masyarakat dan media saling komunikasi dengan warga.  

Sementara itu, transaksi penjulalan ikan dan sayuran bisa dilakukan di lokasi produksi, tanpa berkerumum seperti di pasar sehingga dapat mendukung program PSBB pemerintah. “Dengan aktivitasnya tersebut, bisa juga dianggap sedang mengerjakan kegiatan pengabdian pada masyarat sebagai salah satu unsur Tri Dharma Pendidikan Tinggi,” ujarnya. 

Ia menegaskan, selain pendidikan dan penelitian, pada masa pandemi Covid-19 yang luar biasa ini, pengabdian pada masyarakat harus tetap berlangsung dan tidak menyerah oleh keadaan. “Oleh karena itu Dr Wiyoto meninggalkan legacy teknologi budidaya ikan dan tanaman secara terpadu di lahan terbatas kepada masyarakat menjadi hikmah dari pandemi ini,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement