Ahad 07 Jun 2020 11:16 WIB

Mentan Ajak Masyarakat Manfaatkan Lahan Pekarangan

kondisi krisis seperti Covid-19 ini, pertanian menjadi jawaban untuk bisa survive.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) kerap menekankan upaya meningkatkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga. Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) merupakan salah satu strategi dalam menjaga ketahanan pangan, terutama di masa pandemi Covid 19, maupun dalam menghadapi musim kemarau.
Foto: istimewa
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) kerap menekankan upaya meningkatkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga. Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) merupakan salah satu strategi dalam menjaga ketahanan pangan, terutama di masa pandemi Covid 19, maupun dalam menghadapi musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) kerap menekankan upaya meningkatkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga. Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) merupakan salah satu strategi dalam menjaga ketahanan pangan, terutama di masa pandemi Covid 19, maupun dalam menghadapi musim kemarau. 

“Dalam kondisi krisis seperti Covid-19 ini, pertanian menjadi jawaban untuk bisa survive. Tidak perlu lahan besar, kita manfaatkan lahan di pekarangan kita. Jadi di pekarangan ini semua orang bisa bertani,” ujar Mentan SYL. 

Untuk itu, Mentan meminta kepada seluruh pemerintah daerah dari gubernur hingga tingkat desa, agar mendorong pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga. 

“P2L ini sangat penting. Untuk itu, saya minta para kepala daerah mendorong pemanfaatan pekarangan di setiap rumah sebagai sumber pangan keluarga, karena ketahanan pangan nasional dimulai dari ketahanan pangan keluarga,” kata Mentan SYL.

Apa yang disampaikan Mentan SYL tersebut membuat masyarakat bergeliat untuk bercocok tanam dengan memanfaatkan pekarangan di sekitar rumah. 

Seperti di kelompok wanita tani (KWT) Cempaka Putih di Kelurahan Gading Sari Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Berada di daerah kepulauan tidak menyurutkan niat Istianah, Ketua KWT untuk terus bertanam dan mengelola lahan pekarangan di kebun demplot seluas ½ hektar yang diikuti  semua anggota di pekarangan rumah masing-masing.

Tanaman seperti cabe merah, cabe rawit, pepaya, tomat, daun bawang, kangkung, sawi, bayam, tomat, terong, ternak ayam memenuhi pekarangan.

“Saat ini kami terus menyemai, setiap bulan kami bisa panen sayur. Selain itu, kami juga beternak ayam. Jadi untuk kebutuhan sendiri lebih dari cukup, bahkan bisa dijual ke pasar dan tetangga sekitar,” ungkapnya.

Meski anggota KWT belum memiliki pengalaman bertanam, namun setelah melihat hasil panen dan manfaat yang didapat mereka semakin semangat terus menanam di pekarangan.“Semangat terus untuk tanam beragam sayuran, tapi andalan kami itu sawi, karena bisa panen tiap bulan dan harga jualnya juga bagus,” ujarnya.

Memasuki musim kemarau ke depan, Istianah dan masyarakat setempat telah menyiapkan kolam besar dan kanal yang dipastikan  mampu menyediakan air untuk bercocok tanam. Diapun meyakini jika kebutuhan pangan keluarga seperti sayur, bahkan kebutuhan protein dari ayam dan telur sudah lebih dari cukup dapat terpenuhi.

Hal senada  diungkapkan  Nurhayati, Ketua KWT Mekar Bersatu di Desa Truai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat yang mengelola P2L untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.

Untuk kebutuhan sehari-hari, diakuinya hampir semua dapat terpenuhi dari pekarangan. Berbagai komoditas sayuran seperti cabe, terong, ubi, kacang panjang ditanam di pekarangan. Saat ini semua anggota KWT yang berjumlah 30 orang, menambah tanaman pare, timun, labu dan tomat, sehingga 2 bulan ke depan akan panen.

“Tidak perlu ke pasar.  Sayur, daging ayam dan telur di pekarangan sudah ada, paling hanya beli ikan.  Jadi bisa hemat 20 ribu perhari,” ucapnya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga, sisa hasil panen juga dijual secara online, sampai ke Mataram dan Lombok Barat. Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi meyakini jika semua kelompok P2L memiliki semangat dan melaksanakan hal yang sama seperti dua KWT itu, ketahanan pangan keluarga akan terus terjaga.

"Ini membuktikan kegiatan P2L merupakan kekuatan penting dalam menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk menyediakan pangan sendiri, selanjutnya juga sebagai sumber pendapatan," ujar Agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement