Kamis 04 Jun 2020 13:30 WIB

SKK Migas dan KKKS Sepakat Genjot Proyek Hulu Migas

Penyelesaian proyek menunjukkan peran SKK Migas semakin efektif dan berfungsi baik

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyambut terobosan yang dilakukan jajarannya bersama KKKS mempercepat proyek di lapangan.
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyambut terobosan yang dilakukan jajarannya bersama KKKS mempercepat proyek di lapangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hul Migas (SKK MIgas) dan Kontraktor Kontra Kerja Sama (KKKS) sepakat untuk menggenjot sejumlah proyek hulu migas yang ditargetkan bisa selsai pada tahun ini, meskipun harus melalui berbagai keterbatasan akibat pandemi Covid-19.

Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiratno menjelaskan satu proyek akan dapat direalisasi lagi pada Juli 2020, yaitu Proyek Meliwis yang akan digarap Ophir Indonesia (Madura Offshore). Proyek tersebut yang akan menghasilkan produksi gas sebesar 20 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Baca Juga

“Keberhasilan mempercepat realisasi proyek hulu migas di tengah pembatasan mobilitas dalam rangka penanggulangan Covid-19 menunjukkan tekad dan semangat insan hulu migas untuk dapat melaksanakan program yang telah disepakati dalam Work, Program & Budget 2020 secara optimal dan efisien,” kata Julius melalui siaran persnya, Kamis (4/6).

Selain itu, pelaksanaan proyek yang dapat dipercepat di antaranya adalah pembangunan proyek Bambu Besar yag dilaksanakan PT Pertamina EP, reaktivasi Platform PHE-12 oleh PHE WMO dan pembangunan fasilitas kompresor gas Sembakung oleh Pertamina EP. Pelaksanaan proyek-proyek tersebut seharusnya diselesaikan pada 2021, tetapi proyek tersebut mampu diselesaikan pada 2020.

Proyek Bambu Besar akan menghasilkan gas (non asso) sebesar 3 MMSCFD. Saat ini proyek masih dalam proses EPC dan akan onstream pada kuartal ke tiga 2020. Sementara reaktivasi Platform-12 adalah kegiatan untuk memperbaiki platform yang sempat miring pada 2017, untuk menghasilkan produksi minyak sebesar 3.000 barel per hari.

“Proyek diharapkan dapat direalisasi pada akhir 2020. Demikian juga dengan proyek kompresor Sembakung yang akan diselesaikan pada akhir tahun 2020, dan menghasilkan gas sebesar 2 MMSCFD,” ungkap Julius.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menyambut baik terobosan-tebobosan yang dilakukan jajarannya bersama KKKS sehingga menghasilkan percepatan-percepatan proyek di lapangan. SKK Migas, kata Dwi, bersama KKKS terus melakukan koordinasi yang intensif untuk memastikan proyek hulu migas dapat berjalan dengan baik sesuai jadwal.

“Di tengah wabah Covid-19 dan SKK Migas mampu mempercepat pelaksanaan penyelesaian tiga proyek menunjukkan peran SKK Migas semakin efektif dan mampu menjalankan fungsi dengan baik. Hal ini merupakan bagian dari proses keberhasilan transformasi SKK Migas,” kata Dwi.

Menurut Dwi, apabila proyek hulu migas yang direncanakan dapat berjalan dengan baik, maka dampaknya adalah akan ada peningkatan produksi dan lifting migas. “Tentu saja dampak berganda dengan tetap berlangsungnya proyek hulu migas adalah mampu menggerakan perekonomian daerah dan menciptakan lapangan kerja khusunya masyarakat sekitar proyek,” ujarnya.

Dwi menambahkan pandemi Covid-19 serta masih rendahnya harga minyak menjadi ujian nyata bagi upaya merealisasikan visi bersama Indonesia meraih kembali second golden era dengan mampu memproduksi 1 juta barel per hari pada 2030, salah satu kunci penting adalah bagaimana menjaga proyek dapat berjalan dengan baik sesuai jadwal.

“Keberhasilan mempercepat proyek tidak lepas dari keberhasilan implementasi 2 pilar transformasi SKK Migas yaitu Integrated Operation Center (IOC) dan One Door Service Policy (ODSP),” kata Dwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement