Kamis 04 Jun 2020 08:18 WIB

Persediaan AS Turun, Harga Minyak Turun Tipis

Persediaan minyak mentah komersial AS turun 2,1 juta barel.

Aktivitas kilang di Oklahoma City, Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Sue Ogrocki
Aktivitas kilang di Oklahoma City, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Minyak berakhir sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Rabu (4/6) namun tetap di bawah tertinggi awal sesi di atas 40 dolar AS per barel. Harga itu tertinggi sejak Maret, mundur karena keraguan muncul tentang waktu dan skala potensi perpanjangan kesepakatan antara OPEC dan sekutunya untuk memotong pasokan minyak mentah.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 48 sen menjadi menetap pada 37,29 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus naik 22 sen menjadi ditutup pada 39,79 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga

Menurut Dow Jones Market Data, harga untuk minyak mentah WTI dan Brent menandai tertinggi sejak 6 Maret. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan Rabu bahwa persediaan minyak mentah komersial AS (tidak termasuk dalam Cadangan Minyak Bumi Strategis) turun 2,1 juta barel selama pekan yang berakhir 29 Mei. Para analis yang disurvei oleh S&P Global Platts memperkirakan kenaikan rata-rata 3,5 juta barel.

Pedagang juga menunggu keputusan mengenai langkah selanjutnya produsen minyak tentang pengurangan produksi. Ada laporan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan lainnya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC Plus, sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksi mereka saat ini setelah akhir Juni. Namun, keraguan muncul tentang waktu pertemuan OPEC Plus dan skala potensi perpanjangan kesepakatan.

"Harga menguat sejauh minggu ini di tengah berita bahwa pertemuan itu lebih awal," kata Analis Minyak Petromatrix, Olivier Jakob, seperti dikutip oleh Reuters.

OPEC Plus sepakat pada April untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari untuk Mei dan Juni karena pandemi Covid-19 merusak permintaan. Pemotongan itu dimaksudkan untuk dikurangi menjadi 7,7 juta barel per hari mulai Juli hingga akhir 2020.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement