Rabu 03 Jun 2020 08:31 WIB

Jepang Mau 'Bayar Turis' untuk Pulihkan Pariwisata?

Membayar turis maksudnya adalah mensubsidi biaya perjalanan di Jepang.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Pengunjung berjalan melalui bunga sakura di Taman Ueno, Jepang. Biasanya, bulan-bulan ini, wisatawan ke Jepang untuk menikmati musim bunga sakura.
Foto: KIMIMASA MAYAMA/EPA-EFE
Pengunjung berjalan melalui bunga sakura di Taman Ueno, Jepang. Biasanya, bulan-bulan ini, wisatawan ke Jepang untuk menikmati musim bunga sakura.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang mempertimbangkan pelaksanaan sejumlah program untuk memulihkan sektor pariwisata yang hancur akibat pandemi Covid-19. Salah satunya, rencana untuk "membayar turis" agar mau berwisata usai berakhirnya pembatasan perjalanan.

Gagasan tersebut masih dalam tahap perencanaan. Belum ada kepastian apakah opsi hanya akan berlaku untuk wisatawan domestik atau termasuk turis internasional. Sejumlah prediksi menyebut program bisa berlangsung mulai awal Juli 2020.

Baca Juga

Rencana "membayar turis" yang dimaksud adalah mensubsidi biaya perjalanan. Misalnya, wisatawan mendapat uang kembali senilai setengah dari tiket pesawat ditambah biaya akomodasi hotel, seperti tawaran di Pulau Sisilia, Italia.

Biasanya, pada bulan-bulan ini Jepang ramai pelancong yang ingin menikmati musim bunga sakura. Akibat pandemi, Jepang mencatat penurunan wisatawan tahun-ke-tahun sebesar 99,9 persen. Pada April 2020, Jepang hanya disambangi 2.900 turis asing.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan pada Senin (1/6), pemerintah akan menyusun paket stimulus baru untuk memberikan dukungan keuangan bagi perusahaan yang terkena pandemi corona. Anggaran program itu senilai 100 triliun yen.

Abe menargetkan akhir pekan ini kabinet sudah bisa mengeluarkan persetujuan atas pendanaan untuk paket stimulus tambahan tersebut. Sebelumnya, pemerintah menyusun paket stimulus dengan anggaran 117 juta yen.

Pernyataan publik Abe sekaligus mengumumkan berakhirnya keadaan darurat corona di seluruh negara. Pada kesempatan tersebut, dia secara resmi mengangkat aturan pembatasan sosial di lima prefektur, termasuk Tokyo, dikutip dari laman Stuff.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement