Rabu 03 Jun 2020 00:55 WIB

Kasus Baru Muncul Saat Kongo Mau Umumkan Akhir Epidemi Ebola

Kasus baru ebola muncul di bagian barat laut negara Kongo.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nur Aini
Pekerja medis menggandeng seorang anak laki-laki yang terpapar virus ebola di pusat rehabilitasi Ebola di Beni, Kongo Timur. Ebola menjadi wabah penyakit terburuk kedua di Kongo, setidaknya 400 orang terpapar wabah tersebut. Foto diambil pada 9 September 2018.
Foto: AP
Pekerja medis menggandeng seorang anak laki-laki yang terpapar virus ebola di pusat rehabilitasi Ebola di Beni, Kongo Timur. Ebola menjadi wabah penyakit terburuk kedua di Kongo, setidaknya 400 orang terpapar wabah tersebut. Foto diambil pada 9 September 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Para pejabat kesehatan di Republik Demokratik Kongo (DRC) melaporkan wabah ebola baru di barat laut negara itu. Kemunculan wabah di ibu kota Provinsi Equateur, Mbandaka, terjadi hanya beberapa pekan sebelum rencana mereka mengumumkan berakhirnya epidemi ebola di bagian timur negara itu.

Padahal, negara yang berada di Afrika Tengah itu juga belum selesai dalam berperang melawan pandemi Covid-19. Kemunculan penyakit mematikan di sisi lain negara itu menambah beban tersendiri di bidang kesehatan.

Baca Juga

Wabah ebola telah merenggut korban jiwa. "Empat orang telah meninggal dari Ebola di sebuah distrik di kota barat laut Mbandaka," kata Menteri Kesehatan Eteni Longondo, Senin (1/6) waktu setempat, dilansir di laman Aljazirah. 

Dia mengatakan, menurut laporan yang dia terima dari Lembaga Penelitian Biomedis Nasional (INRB), sampel dari wilayah Mbandaka telah diuji positif untuk ebola. Dia menyebut pihaknya akan sesegera mungkin mengirimkan vaksin dan obat-obatan.

Dia menambahkan, kementeriannya berencana untuk mengunjungi lokasi wabah pada akhir pekan esok. Mbandaka merupakan pusat transportasi di Sungai Kongo dengan populasi lebih dari satu juta.

Sebelumnya, Provinsi Equateur juga dilanda wabah Ebola pada Mei dan Juli 2018. Sebanyak 33 orang meninggal dunia, dan 21 pulih dari penyakit itu.

"Ini adalah provinsi yang sudah mengalami penyakit. Mereka tahu bagaimana merespons. Mereka memulai respons di tingkat lokal kemarin Ahad," kata Longondo.

Wabah terbaru di barat laut DRC adalah yang ke-11 di negara itu sejak para ilmuwan pertama kali dikenali pada 1976. Kemunculan wabah ebola telah disikapi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai tantangan. Direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti mengatakan dia siap mengatasi wabah ebola baru di Mbandaka itu. 

Sebelumnya, epidemi ebola terjadi di timur negara itu. Epidemi ebola menewaskan sebanyak 2.280 orang. Sejak itu, penyakit itu muncul di timur Provinsi Kivu Utara pada Agustus 2018 dan kemudian menyebar ke provinsi tetangga Ituri.

WHO menyatakan wabah ebola membawa darurat kesehatan publik, yang kemudian menjadi perhatian internasional pada Juli 2019. Hal itu terjadi setelah virus yang sangat menular itu mengancam akan menyebar ke kota besar Goma dan negara-negara tetangga.

Ebola dapat diatasi saat peluncuran dua vaksin yang diproduksi oleh Merck dan Johnson & Johnson yang berada dalam tahap studi klinis dan belum dilisensikan. Vaksin itu untuk mengimunisasi lebih dari 300.000 orang.

Para pejabat berharap untuk dapat mengumumkan berakhirnya wabah pada 25 Juni. Agar hal itu terjadi, tidak boleh ada kasus baru yang dilaporkan selama 42 hari, yaitu selama dua kali lipat masa inkubasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement