Selasa 02 Jun 2020 16:33 WIB

Inflasi di Kota Malang Tertinggi di Jawa Timur

Pengeluaran transportasi sebesar 2,17 persen memicu inflasi di Kota Malang

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang.
Foto: Antara
Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,27 persen pada Mei 2020, dan merupakan yang tertinggi di wilayah Provinsi Jawa Timur (Jatim).

Kepala BPS Kota Malang Sunaryo mengatakan, inflasi yang terjadi di Kota Malang, salah satunya didorong adanya kenaikan pada kelompok pengeluaran transportasi sebesar 2,17 persen, dan merupakan kenaikan tertinggi dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya. "Kota Malang inflasi tertinggi di Jawa Timur. Kelompok transportasi naik, memberikan andil terbesar," kata Sunaryo, di Kota Malang, Selasa (2/6).

Dibandingkan wilayah lain di Jawa Timur, inflasi Kota Malang merupakan yang tertinggi. Tercatat, Kota Surabaya mengalami inflasi sebesar 0,21 persen, Kota Kediri 0,19 persen, Kota Probolinggo 0,05 persen, Sumenep dan Banyuwangi 0,02 persen, dan Kota Madiun 0,01 persen. Sementara Jember, mengalami deflasi 0,03 persen.

Sunaryo menjelaskan, inflasi di Kota Malang juga didorong kenaikan pada kelompok pengeluaran perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,41 persen, serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,14 persen.

Kemudian, lanjut Sunaryo, kelompok pengeluaran pakaian dan alas kaki dan kelompok kesehatan juga menyumbang inflasi dengan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,01 persen.

Sementara untuk kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, kemudian rekreasi, olahraga, dan budaya, pendidikan, serta penyedia makanan dan minuman atau restoran, tidak mengalami kenaikan.

"Dua kelompok pengeluaran mengalami penurunan, yakni untuk makanan, minuman, dan tembakau turun 0,11 persen, serta perawatan pribadi, dan jasa lainnya turun 0,13 persen," kata Sunaryo.

Sunaryo menambahkan, jika dilihat dari kelompok komoditas, terjadi kenaikan pada harga tiket angkutan udara sebesar 24,98 persen, memberikan andil sebesar 0,27 persen terhadap inflasi Kota Malang. Selain itu, kenaikan juga terjadi pada harga daging ayam ras sebesar 12,62 persen. Bawang merah tercatat naik 10,51 persen, termasuk adanya kenaikan biaya berlangganan internet sebesar 0,59 persen.

Komoditas penghambat inflasi adalah, harga telur ayam ras mengalami penurunan sebesar 15,05 persen, cabai rawit 46,58 persen, bawang putih 26,62 persen, cabai merah 18,37 persen, gula pasir 2,92 persen, emas perhiasan 0,89 persen, dan beras turun sebesar 0,12 persen. "Inflasi ini menggambarkan ada geliat ekonomi. Ini inflasi pertama pada masa pandemi, setelah dua bulan sebelumnya Kota Malang mengalami deflasi," kata Sunaryo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement