Selasa 02 Jun 2020 10:21 WIB

Total Penerbitan Saham di AS Capai 60 Miliar Dolar AS

Pada periode Maret, nilai penerbitan saham baru hanya 4,8 miliar dolar AS.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Perusahaan terbuka di Amerika Serikat (AS) telah menerbitkan lebih dari 60 miliar dolar AS saham sepanjang Mei lalu. Total nilai penjualan saham tersebut merupakan yang terbesar secara bulanan sejak merebaknya pandemi Covid-19.
Foto: AP/ Louis Lanzano
Perusahaan terbuka di Amerika Serikat (AS) telah menerbitkan lebih dari 60 miliar dolar AS saham sepanjang Mei lalu. Total nilai penjualan saham tersebut merupakan yang terbesar secara bulanan sejak merebaknya pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perusahaan terbuka di Amerika Serikat (AS) telah menerbitkan lebih dari 60 miliar dolar AS saham sepanjang Mei lalu. Total nilai penjualan saham tersebut merupakan yang terbesar secara bulanan sejak merebaknya pandemi Covid-19. 

Indeks S&P 500 telah naik sekitar 40 persen sejak meningkatnya aksi jual di akhir Maret lalu akibat kepanikan investor. Pada periode Maret, nilai penerbitan saham baru tercatat hanya mencapai 4,8 miliar dolar AS, terendah sejak Desember 2018. 

Baca Juga

Penerbitan di pasar saham kembali meroket pada bulan April sebesar 22,3 miliar dolar AS lalu berlanjut naik hingga 65,3 miliar dolar AS pada bulan Mei. Beberapa perusahaan yang menerbitkan saham untuk meraih pendanaan yaitu Southwest Airlines dan Carnival Corp. 

"Faktanya masih banyak perusahaan yang mencari dana dari pasar modal. Apabila benar-benar membutukannya, perusahaan harus segera melakukannya," kata analis Bank of America dikutip Reuters, Selasa (2/6).

Tidak hanya di pasar saham, trend yang sama juga terjadi di pasar surat utang. Total nilai surat utang yang telah diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan di AS mencapai 1 triliun dolar AS sepanjang tahun ini. 

Sementara itu, analis JP Morgan Chase & Co, Santosh Sreenivasan melihat maraknya pencarian dana, baik melalui pasar saham maupun surat utang, disebabkan karena sebagian perusahaan sangat terdampak oleh Covid-19. 

"Perusaaan tidak ingin kehilangan kesempatan di tengah pasa yang sedang rebound ini," kata Sreenivasan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement