Selasa 02 Jun 2020 01:51 WIB

Apakah Herd Immunity Bisa Diterapkan untuk Covid-19?

Pembicaraan tentang herd immunity masih hangat di tengah pandemi Covid-19.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Dokter di India menjelaskan, konsep herd immunity berlaku dalam situasi vaksin telah tersedia.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Dokter di India menjelaskan, konsep herd immunity berlaku dalam situasi vaksin telah tersedia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Para ilmuwan dan peneliti kesehatan di seluruh dunia sedang menjajaki obat-obatan, vaksin, dan terapi lain dalam mencari obat untuk infeksi virus corona baru. Tanpa perawatan khusus, dunia saat ini mengandalkan intervensi nonfarmasi seperti jarak sosial dan kebersihan pribadi yang baik untuk membantu mengendalikan penyebaran virus penyebab Covid-19 tersebut.

Ketika situasi pandemi memburuk, ada pembicaraan bahwa pengembangan kekebalan kelompok (herd immunity) dapat membantu melindungi orang dari virus bernama resmi SARS-CoV-2 itu. Namun, para ahli tidak tahu apakah seseorang benar-benar kebal terhadap Covid-19, setelah terinfeksi virus itu atau tidak.

Baca Juga

Dilansir Times Now News, banyak infeksi yang melibatkan patogen virus lain, termasuk virus influenza, tidak menghasilkan respons kekebalan yang tahan lama. Berikut penjelasan pendiri dan CEO Foreign OPD sekaligus konsultan kedokteran emergensi, dr Inder Maurya, tentang apa sebenarnya kekebalan kelompok, bagaimana kita dapat mencapainya, dan apakah itu dapat melindungi masyarakat dari infeksi virus corona.

Apa kekebalan kelompok dan bagaimana kita dapat mencapainya?

 

Imunitas kelompok adalah prinsip imunologis di balik vaksinasi terhadap populasi. Imunisasi maksimum diberikan kepada populasi sehingga menciptakan perlindungan kepada seluruh populasi yang tidak mendapatkan vaksinasi.

Kita dapat mencapai kekebalan kelompok ketika persentase populasi yang divaksinasi tinggi atau maksimum melalui program vaksinasi. Bahkan, LSM dan organisasi kesehatan swasta berkontribusi untuk itu.

Bagaimana cara kerja imunitas kawanan terhadap penyakit menular?

Penanggulangan penyakit polio bisa menjadi ilustrasi. Polio menyebar melalui rute fekal-oral. Biasanya, vaksin polio oral (OPV) diberikan kepada anak saat lahir dan kemudian berlanjut sampai usia enam tahun dengan total tujuh dosis.

Program itu mencakup hampir semua anak yang rentan terhadap polio. Jadi, semua anak di bawah emam tahun divaksinasi.

Proses itu berlanjut dan India sekarang bebas polio. Dengan itu, populasi India telah memperoleh kekebalan kelompok. Konsepnya mirip dengan penanganan hepatitis B, tifus, HPV, campak, gondong, rubela, dan lain-lain.

Bisakah kekebalan kelompok membantu mencegah Covid-19?

Harapannya begitu. Namun, kenyataannya virus SARS-Cov-2 terus berkembang.

Selain itu, virus corona termasuk dalam kelompok yang terus mengalami mutasi genetik. Sulit untuk mengatakan bahwa kita akan memiliki kekebalan kelompok terhadap Covid-19.

Setiap tahun influenza A (flu babi) datang dengan jenis yang berbeda. Ahli kesehatan mengembangkan vaksin yang spesifik untuk jenis virus. Karena itu, ahli kesehatan tidak memiliki kekebalan kelompok sejauh menyangkut flu babi.

Diperkirakan bahwa India dapat mencapai kekebalan kelompok terhadap Covid-19 pada Agustus. Realistis?

Swedia mengikuti prinsip kekebalan kelompok di negaranya dan sekarang mereka sedang berjuang. Swedia mengonfirmasi lebih dari 37.814 kasus positif Covid-19, sekitar 4,403 meninggal dunia atau sekitar 12 persen.

Persentase itu tertinggi di dunia. Rata-rata secara global tingkat kematian SARS-COV-2 kurang dari tiga persen. Dokter Maurya khawatir Covid-19 akan terus kembali seperti influenza A sehingga mungkin India tidak pernah mengembangkan herd immunity terhadap virus itu.

Apa risiko dan tantangan yang terkait dengan kekebalan kelompok?

Tidak ada risiko. Kekebalan kawanan adalah impian dan terus diperjuangkan. Namun, ada tiga tantangan besar untuk mencapai hal itu.

Tantangan pertama adalah memecahkan kode penyakit secara maksimal. Ahli kesehatan masih berjuang untuk memahami patofisiologi dan prinsip imunologi yang tepat di balik penyakit pandemi itu. Berbagai studi sedang berlangsung dan jurnal ilmiah sedang berlomba memublikasikan hasil.

Tantangan kedua adalah pengobatan dan vaksinasi yang sedang dikembangkan untuk populasi itu sendiri harus bebas dari efek samping utama. Pengobatan dan vaksinasi tidak boleh memiliki komplikasi utama yang mengancam jiwa terhadap penyakit itu sendiri.

Ketiga, biaya vaksin akan menjadi perhatian utama dan dapat menahan negara-negara miskin ataupun berkembang untuk menerapkan vaksinasi sepenuhnya, mengalahkan prinsip di balik kekebalan kawanan.

Belum lama ini, Direktur All India Institute of Medical Sciences dr Randeep Guleria mengatakan India kemungkinan akan mencapai puncak temuan kasus Covid-19 dalam satu atau dua bulan ke depan. Jika kasus Covid-19 terus meningkat di seluruh negeri, tantangan seperti apa yang muncul?

Tidak ada yang konkret tentang Covid-19 karena penyakit itu masih berkembang. Namun, jika kasus terus meningkat, yang akan terjadi seperti kekurangan tempat tidur dan tenaga kesehatan.

Ahli kesehatan di India tidak memiliki cukup APD dan kit pengujian sebanyak jumlah populasi negara itu. Dengan infrastruktur layanan kesehatan yang rapuh, dia memperkirakan India pada akhirnya akan runtuh. Karena itu, banyak negara bagian di India enggan menghapus lockdown.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement