Senin 01 Jun 2020 16:14 WIB

DKI Ukir Rekor Pasien Sembuh Lebih Banyak Dibanding Positif

Pasien yang sembuh di Jakarta 190 Orang, dan positif Covid-19 bertambah 137 orang

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurva kenaikan kasus positif Covid-19 di Indonesia terus berlanjut. Juru Bicara untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan, per Senin (1/6), jumlah kasus positif Covid-19 bertambah 467 orang. Sehingga total pasien Covid-19 menjadi 26.940 orang. Adapun jumlah pasien Covid-19 yang sembuh bertambah 329 orang sehingga total 7.637 orang sembuh, serta pasien meninggal bertambah 28 orang atau total menjadi 1.641 orang.

"467 positif sehingga angkanya 26.940 orang, kenaikan ini tentunya adalah gambaran keseluruhan negara kita. Namun kalau kita rinci lebih lanjut kenaikan cukup tinggi kita dapatkan di DKI, Jawa Timur (Jatim), Sulawesi Selatan (Sulsel), Jawa Barat (Jabar), dan Kalimantan Selatan (Kalsel)," kata Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Senin.

Jika dirinci, penambahan kasus terbesar terjadi di Jakarta dengan 137 pasien. Berikutnya disusul Jatim 65 pasien, Papua 50 pasien, Sulsel 45 pasien, dan Jabar 34 pasien. Meski begitu, penambahan jumlah pasien sembuh di Ibu Kota tertinggi, yaitu 190 orang dalam sehari. Kemudian dibuntuti Jatim 45 orang sembuh, Sulsel 29 orang, Sumatra Selatan (Sumsel) 12 orang, dan Jawa Tengah (Jateng) sembilan orang.

Menurut Yurianto, pada Senin, di 15 provinski tak ada laporan kasus positif Covid-19. Dia pun bersyukur atas laporan itu, dan pemerintah akan ikut membantu menangani provinsi yang pasien Covid-19 masih dalam jumlah besar. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah terus mengingatkan masyarakat agar disiplin ikut mencegah penyebaran Covid-19.

"Kita masih akan terus berapaya semaksimal mungkin di provinsi yang tinggi angkanya kita tekan berbasis bagaimana masyarakat mengubah perilakunya," kata dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tersebut.

Yurianto juga menyinggung tentang tatanan hidup baru yang diimplementasikan di kehidupan masyarakat, seperti di pasar atau pusat perbelanjaan (mal), yang wajib ditaati demi memutus rantai virus corona. Selain itu, penyesuaian juga harus dilakukan mahasiswa dan siswa di lingkungan kampus dan sekolah ketika nanti harus menjalani kehidupan new normal.

"Di sekolah pun ada stratanya, di perguruan tingi, di SMA, di SMP, di SD ini harus betul-betul dipahamai masyarakat agar mereka meyakini bahwa mereka mampu melaksanakan dengan baik tentunya sepanjang perjalanan ini dilakukan pemantauan epidemologi dan sistem kesehatan," kata Yurianto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement