Ahad 31 May 2020 21:20 WIB

Peneror Petugas Medis Atasnamakan Salah Satu Klaster

Peneror Petugas Medis Atasnamakan Salah Satu Klaster

Rep: Joglosemar/ Red: Joglosemar
 Peneror Petugas Medis Atasnamakan Salah Satu Klaster
Peneror Petugas Medis Atasnamakan Salah Satu Klaster

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM - Kasus teror dan intimidasi yang dialami  seorang tenaga medis di UPTD Puskesmas Kecamatan Kedawung usai menangani pasien positif corona virus atau covid-19 di wilayah setempat, menguak fakta baru.

Pelaku teror yang mengirim pesan ancaman kepada bidan perempuan berusia 53 tahun itu, mengaku mengatasnamakan salah satu kelompok klaster.

"Pengirim pesan mengatasnamakan kelompok dari salah satu klaster," ujar Kepala UPTD Puskesmas Kedawung, Sragen, dr Windu Nugroho kepada Joglosemarnews.com, Minggu (31/5/2020).

Namun, si pengirim pesan teror itu tidak menyebut identitasnya. Pelaku hanya menyebut merasa tidak terima atas penanganan dan perlakuan terhadap pasien positif covid-19 yang dianggap mendzalimi mereka.

"Kami sudah koordinasi dengan Polsek," tuturnya.

Intimidasi dengan kata-kata bernada ancaman itu dikirim melalui pesan singkat WhatsApp (WA) kepada petugas medis perempuan yang diketahui bertugas sebagai bidan itu.

Tak hanya menyebut merasa didzalimi, pengirim pesan juga mengancam akan melakukan pembalasan dengan caranya sendiri dan dalam waktu singkat.

Data yang dihimpun Joglosemarnews.com, intimidasi lewat pesan WA itu diterima oleh petugas medis itu Jumat (29/5/2020) pagi.

Berondongan pesan WA bernada ancaman itu diterima tak lama setelah ia bersama tim Puskesmas melakukan penjemputan terhadap salah satu pasien positif covid-19 dari wilayah Kedawung.

Berdasarkan tangkapan layar atau screenshoot pesan WA yang diterima Joglosemarnews.com, si pengirim teror  melontarkan sekitar 10 pesan bernada intimidasi yang dikirim dalam rentang pukul 06.45 WIB hingga 06.55 WIB.

Salah satunya menyebut bahwa si pengirim sudah mempunyai data petugas medis itu.

Kemudian si petugas medis itu dinilai ikut andil mendzaliminya, sampai kalimat "Kami Punya Cara Sendiri utk Membalas", "Kalo g sekarang brrti besok atau Lusa", "Hati2 dg Kehidupan ANDA" dan beberapa pesan lainnya.

Karena merasa terancam dan ketakutan, si petugas medis perempuan itu kemudian mengadu ke pimpinannya yakni Kepala UPTD Puskesmas Kedawung.

Lantas bahasa di pesan ancaman itu yang menyebut bahwa sudah mengantongi data-data petugas medis lainnya, akhirnya mereka memutuskan untuk berkoordinasi dengan pihak Polsek Kedawung, Sabtu (30/5/2020).

Bahkan saking ketakutannya, petugas medis perempuan itu dan beberapa petugas lainnya di Puskesmas tersebut masih trauma dan meminta diri untuk sementara tidak menangani persoalan pasien Covid-19 terlebih dahulu.

Laporan dugaan aksi teror itu juga sudah sampai pada Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten.

Windu juga menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh tim medis dalam melakukan rapid test dan mengantar ke lokasi karantina bagi pasien positif, semua sudah dijalankan sesuai prosedur.

"Semua kami lakukan sesuai prosedur. Yang bersangkutan minta dijemput di jalan, tidak di rumahnya, kami sudah menuruti. Sebenarnya penanganan pasien pun tidak ada yg berbeda dengan yang lain. Kalau ada yang di-rapid test positif dan diswab sudah positif maka memang harus dikarantina, tapi ini kok malah diancam. Kami sudah bertugas lelah, berisiko malah diancam. Staff saya jadi takut. Kalau takut kan kita jadi susah," paparnya.

Sementara, Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sragen, Tatag Prabawanto, mengaku sudah mendapatkan laporan terkait hal ini.

Pihaknya menyesalkan insiden ancaman tersebut karena pemerintah sedang mengupayakan yang terbaik dalam penanganan pandemi covid-19 ini.

"Covid-19 ini kan sesuatu yg membahayakan. Pemerintah melakukan hal-hal demikian kan untuk menyelamatkan. Kita harus mengesampingkan dulu tradisi, adat istiadat, kebiasaan, untuk keselamatan orang banyak," paparnya.

Upaya-upaya pemerintah ini, lanjut Tatag, hendaknya dipahami oleh seluruh warga agar penyebaran Corona bisa segera ditekan. Pihaknya juga meminta agar para tenaga medis untuk tidak takut atau putus asa dalam melanjutkan pelayanan kepada warga.

"Kalau kami punya niat jelek kenapa kami tidak biarkan saja. Tapi kan yang akan terdampak juga lingkungannya, kita selamatkan manusia dan lingkungannya. Agar hal seperti ini untuk dijadikan pemahaman lah. Untuk petugas medis, kita tetap berusaha, jangan patah semangat," tukasnya.

Terpisah, saat dikonfirmasi wartawan, Kapolres Sragen AKBP Raphael Sandhy Cahya Priambodo melalui Kapolsek Kedawung, Iptu Sutomo mengaku memang sudah mengetahui permasalahan ini. Pihaknya saat ini sedang melakukan pendalaman.

"Baru aduan, belum ada laporan. Saat ini sedang kita dalami," ujar Sutomo.

Di sisi lain, munculnya ancaman itu terjadi tak lama setelah ada salah satu warga di wilayah Kedawung yang dinyatakan positif terpapar covid-19 beberapa hari lalu.

Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, awalnya ada tiga orang dari satu klaster yang sama menunjukkan reaktif atau positif saat dirapid test. Dari tiga itu, satu di antaranya kemudian swabnya positif sedang yang dua lainnya negatif.

Karena positif, maka satu pasien tadi harus dikarantina ke Gedung SMS Sragen. Menurut keterangan warga, penjemputan tidak dilakukan di rumah pasien tadi tapi pasien tersebut minta dijemput di jalan.

Tim Puskesmas sudah menuruti menjemput di jalan dengan ambulans untuk dibawa ke Gedung SMS.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan joglosemarnews.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab joglosemarnews.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement